Mohon tunggu...
Buditama Setiawan
Buditama Setiawan Mohon Tunggu... -

Bekerja di bawah bendera salah satu perusahaan properti dan hospitality di Indonesia sebagai seorang Marketer. Tulisan-tulisannya lebih banyak diangkat dari perjalanan hidupnya sendiri, atau perjalanannya ke daerah yang unik ataupun eksotik. Beberapa tulisan dapat juga anda lihat di http://www.multiply.com/buditama. Yang ingin berkenalan dapat melalui facebook: http://www.facebook.com/buditama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pempek Tunu, lher...

31 Oktober 2009   15:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:29 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_20497" align="alignleft" width="168" caption="Pempek Lenggang/photo by P. Bayuaji"][/caption]

Pulang ke kampung halaman beberapa hari yang lalu pasti tidak akan melewatkan untuk melakukan wisata kuliner. Ya, di Palembang banyak sekali makanannya dan itu pasti membuat tubuh saya makin bertambah beratnya. Tapi dari Jakarta saya memang sudah berniat buat mencicipi kembali makanan khas Palembang yang jarang saya temukan di Jakarta.

Setelah berjalan-jalan di sepanjang Sungai Musi sambil menikmati terbenamnya matahari, saya mengajak saudara saya untuk makan pempek lenggang dan pempek panggang Saga. Sebetulnya nama rumah makannya sih Sukajadi, tapi berhubung letaknya di depan ex Bioskop Saga, orang-orang Palembang memang lebih mengenal dengan pempek Saga ketimbang nama aslinya. Letak rumah makannya sendiri tak jauh dari Sungai Musi dan pusat kota.

[caption id="attachment_20498" align="alignright" width="168" caption="Pempek Lenggang yang sedang dimasak/photo by P. Bayuaji"][/caption]

Pempek Lenggang sendiri sedikit berbeda dengan jenis pempek yang biasa kita temui, meski bahan dasarnya tetap pempek. Kalau pempek Kapal Selam diisi telur, pempek Lenggang ini justru memakai telur bebek yang dikocok dan diaduk dengan pempek yang sudah dipotong kecil-kecil. Ada dua cara yang bisa dilakukan, bisa dengan digoreng seperti telur dadar, tapi yang paling enak adalah dengan cara dipanggang di atas bara api. Jadi adukkan telur dan pempek tadi dituang ke dalam cetakan daun pisang, kemudian dipanggang hingga matang. Bumbunya tetap cuko khas Palembang. Rasanya, hmm... kalau menurut saya lebih "ganas" dan lebih enak dari pempek biasa, hanya saja porsinya yang agak besar dan telurnya yang lumayan membuka peluang untuk menambah kolesterol menghentikan saya untuk menambah satu porsi lagi.

[caption id="attachment_20499" align="alignleft" width="210" caption="pempek panggang/photo by P. Bayuaji"][/caption]

Satu lagi jenis pempek yang jarang ditemui adalah pempek tunu atau pempek panggang. Hampir sama dengan lenggang, pempek ini dimasak dengan cara dipanggang juga. Bedanya, bentuknya kecil-kecil bulat dan tanpa telur. Bumbunya, kalau yang lain dimakan dengan cuko, pempek panggang ini dimakan dengan membelah tengahnya kemudian diisi dengan campuran kecap manis/asin, ebi, dan cabai hijau giling. Rasanya unik, antara manis, pedas, dan gurih. Apalagi kalau makannya di udara terbuka seperti yang kami lakukan di Restaurant Sukajadi ini, dan ditemani dengan teh hangat....hmmmm... rasanya luar biasa...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun