Mohon tunggu...
Budi Suyono
Budi Suyono Mohon Tunggu... Bankir - Syariah Banker

Baru Belajar Menulis, Mendaki Gunung, Pingpong dan suka kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Mbambung"

22 Januari 2024   07:04 Diperbarui: 22 Januari 2024   11:00 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mbambung”
          Peristiwa ini sudah lumayan lama sekitar tahun 2007, 17 tahun yang lalu ketika saya masih menjalankan tugas di Bank BTN Kantor Cabang Syariah Yogyakarta.
          Seperti umumnya karyawan, saya mendapat jatah pendidikan di Jakarta. Sebelum bagian personalia menawarkan akomodasi yang dipilih, saya sudah duluan bilang memilih naik kereta api dari pada pesawat terbang.
          Mengapa ? dah ketebak, ...atuuut. Lebih berdebar naik pesawat dari pada kereta. Padahal lebih cepat, praktis dan efisien kalau naik pesawat.
          Yogyakarta-Jakarta kurang lebih ditempuh 45 menit, sementara kereta paling tidak butuh waktu tempuh 6 jam.
          Kelebihan yang lain dari naik pesawat adalah dapat mengakibatkan meningkatnya keimanan dan kekhusyukan seseorang. Karena biasanya berdoanya akan lebih serius, sebab kuatir pesawatnya terbang tidak sempurna, hehehe…
          Begitulah kadang susah jadi manusia. Padahal urusan mati bisa dimana saja, kapan saja dan tidak milih-milih. Berlaku untuk semua umur dan bagi siapa saja.
          Nah... ceritanya bukan tentang pesawat versus Kereta Api Indonesia. Ceritanya kembali kita lanjut ketika saya memutuskan naik kereta, yuuk...
          Akhirnya tiket diurus oleh staf personalia, sebut saja namanya Adi. Karena Adi ini anak buah dibawah saya langsung, maka saya mengetahui persis kinerjanya. Hampir tidak ada minus dan dapat diandalkan. Sat set sit sut pokoknya.
          Tiket pergi pulang untuk keperluan pendidikan sudah dibelikan dan saya terima. Dengan penuh suka cita saya menikmati perjalanan menuju Jakarta.
          Suasana pendidikan seperti ini sangat dinanti-nanti bagi karyawan, baik yang di daerah (masih di Jawa), apalagi  buat teman-teman yang dari luar Jawa. Bener nggak ?
          Manfaat kalau ada pelatihan selain memperoleh ilmu diantaranya bisa melepaskan penatnya tugas harian, perbaikan gizi menu di hotel dan bercengkrama bertemu kawan-kawan lama. Semuanya menyenangkan dan membuat lebih segar.
          Pendidikan dan pelatihan berlangsung dengan semestinya. Seluruh agenda kegiatan akhirnya tuntas dan kami harus kembali ke kantor cabang masing-masing.
          Rinduuu... Bagi yang sudah berkeluarga, setelah selesai pendidikan ingin rasanya cepat-cepet bertemu dengan istri dan anak-anak. Terbayang mereka menjemput ke stasiun dan siap di depan pintu keluar menyambut kita dengan wajah sumringah.
          Saya pun sudah tiba di stasiun Gambir pukul 18.00 wib. Kereta Argo Lawu tujuan Yogyakarta 15 menit lagi akan berangkat. Saya menuju pintu masuk dan mengeluarkan tiket dari amplop yang masih tetap terlihat rapi kemudian menyerahkannya ke petugas untuk di cek jadwal keberangkatannya.
          Tidak lama kemudian, jreeeeeeng.....
"Maaf Mas, ini tiketnya tertera berangkat dari Jogja ke Jakarta. Sementara Masnya dari Jakarta mau ke Jogja, khan ?"  Begitu ucapan petugas menanyakan kepada saya. "Betul Pak, ini saya dari Jakarta mau menuju Jogja", jawab saya yang sudah agak risau  dan mulai lemes.
          Petugas kembali menjelaskan dan mengarahkan, "Kalau begitu ini berarti Masnya salah pesen. Sudah, sekarang naik saja, Masnya beli tiket diatas. Yang penting bisa sampai Jogja malam ini dan segera bisa ketemu keluarga, to ?"
          Dengan lemah gemulai tanpa pilihan, saya menjalani nasib itu masuk ke gerbong kereta Argo Lawu. Kereta berangkat on time membawa tubuh saya yang sudah kecil ini menuju kota Gudeg.
          Apa pelajaran yang bisa kita petik dari true story "apes" saya ini ?
Cek dan Control. Ya...cek atau kontrol merupakan aktivitas kecil, tidak makan waktu banyak, tidak sulit akan tetapi berakibat dampak yang buruk, besar bahkan fatal jika tidak dilakukan.
          Andai saja saya mau melihat atau mengecek sebentar saat tiket berangkat dan pulang diserahkan oleh staf saya, tentu kejadian itu tidak pernah ada.
          Saya tidak perlu "mbambung" (istilah jawa: seperti gelandangan yang tidak jelas atau tidak punya tempat tinggal tetap) selama di kereta.
          Saya harus lebih banyak berada di sela-sela gerbong karena tidak ada jatah tempat duduk, ditemani angin malam bercampur asap rokok dari para penumpang ahli hisab yang juga nongkrong disitu. Sungguh malam yang malang.
          Andai saja.... mau cek up sebentar, tentu seseorang tidak akan mendorong mobilnya ditengah jalan disebabkan akinya soak.
Kalau perjalanannya siang hari mungkin masih relatif aman. Bagaimana jika malam hari dan apes di jalan perbukitan yang sepi. Sungguh situasi seperti itu tidak dicita-citakan.
          Proses memeriksa kesehatan aki mobil di bengkel cuma butuh waktu maksimal 5 menit. Tidak lama dan tidak setiap minggu, tidak pula setiap bulan.
          Cukup 3 bulan sekali dan bahkan cukup dengan 3 menit Anda tidak "mbambung" di tengah jalan. Akan tetapi karena tidak dilakukan dan menggampangkan, maka bencana itu datang.
          Teman-teman di dunia perbankan misalkan, menyesal pusing 9 keliling gara-gara salah menghitung bagi hasil yang dibagikan kepada nasabah dana lembaga. Seharusnya hitungan bagi hasilnya berkisar puluhan juta, benar-benar terjadi terhitung berkisar angka miliar dan kemudian di transfer.
          Apa yang terjadi jika nasabah yang menerima transfer tidak mau mengembalikan ? Atau mungkin nasabahnya memilih kabur saja ? Tentu tak terbayangkan kerepotan-kerepotan selanjutnya. Makan tak enak, tidur tak nyenyak dan dunia terasa bukan milik berdua lagi.
          Mengapa hal demikian bisa terjadi ? Jawabnya sederhana, karena secara berjenjang petugas-petugas yang terkait tidak meluangkan waktu sebentar memeriksa transaksi tersebut. Andai saja mau berdiam sejenak mengecek transaksi itu, tentu kejadian yang tidak keren ini akan terhindar.
          Banyak kejadian serupa yang sangat mungkin terjadi dan akan terjadi ditengah-tengah kehidupan kita. Jangan meremehkan hal-hal kecil, karena petaka yang besar berawal dari yang kecil.
          Yuuuk...cek, cek dan cek sejenak saja agar Anda tidak mengalami situasi "mbambung".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun