Mohon tunggu...
Budi Sudaryono
Budi Sudaryono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Laki - laki penyetia

Penulis adalah mantan wartawan/penyiar radio di kota kecil Jombang Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bau Opor dan Ketupat Lebaran Dapur Ibu

18 Mei 2020   13:20 Diperbarui: 19 Mei 2020   22:52 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER GAMBAR: https://www.pinterest.co.uk/saravanarathnam/

Kangen rumah sudah pasti kan..Memang puasa ramadhan belum usai, apalagi nuansa berbeda pada ramadhan 1441 Hijriah kali ini. Dilanda musibah pandemi Covid 19 yang menyelimuti negeri-negeri seluruh dunia. 

Semakin terasa rasanya kerinduan akan rumah, kampung halaman. Apalagi orang yang hari-harinya tidak pernah di rumah alias perantauan seperti saya hehe.. (jadi melo ya..lebay !) Dah deket saja rasanya bau Opor masakan Nenek.(almarhum). Atau ketupat olahan Ibu . Ah rindu pulang beneran...

Bayangan wajah Ibu dan keluarga di kampung halaman telah muncul satu persatu di kepalaku. Apalagi keponakanku yang lucu si Rere, belum dua tahun. 

Sudah mulai lancar bicaranya, kini sudah punya adik lagi namanya Ahzra. Hmmm semakin kangen saja hati ini. Tapi rindu tinggallah rindu, apa daya terbentur PSBB (Pembatasan Wilayah Berskala Besar). Terlebih adanya aturan larangan mudik dari pemerintah. Angan-anganpun jadi ambyar....!

Apa boleh buat toh kita juga tidak menginginkan penyebaran virus Corona 19 semakin masif. Hanya dengan cara tidak mudik atau pulang kampung itulah, cara memutus mata rantai penyebaran virus Corona. 

Demi kesehatan keluarga kita. Menahan diri untuk tidak mudik. Menahan diri untuk tidak pulang kampung. Meskipun mudik sudah menjadi bagian tradisi tahunan. Meski hambar rasanya tanpa mudik tanpa salaman. Tanpa ketemu sahabat, keluarga maupun sahabat lama di kampung, tempat kita dulu mencari jati diri.

SEJARAH MUDIK

Tentu kita semua sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. Tetapi tahukah kita bagaimana sejarah peristiwa mudik tersebut. Sehingga menjadi sebuah tradisi yang sangat kuat dan merakyat di Indonesia? 

Ternyata mudik atau peristiwa  berkumpul yang dinantikan setahun sekali menjelamg lebaran idul fitri ini, sudah ada sejak zaman kerajaan. Dan kegiatan ini menjadi semacam budaya yang dilakukan orang Indonesia hingga detik ini. 

BERASAL DARI BAHASA NGOKO JAWA

Sebenarnya tradisi mudik merupakan tradisi *primordial masyarakat petani Jawa yang sudah berjualan sejak sebelum zaman kerajaan Majapahit. Zaman dahulu para perantau pulang ke kampung halamannya, untuk membersihkan makam para leluhurnya. Untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.

Akan tetapi istilah mudik lebaran baru populer pada tahun 1970-an. Perkembangan ibukota Jakarta yang menjadi pusat perekonomian Indonesia, mendorong masyarakat melakukan urbanisasi besar-besaran. 

Karena kemajuannya dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Dan juga karena sistim pemerintahan saat itu, era orde baru adalah sentralisasi. Sehingga semua kegiatan ekonomi terpusat di Ibu kota Jakarta. 

Dan mereka yang telah bekerja memanfaatkan libur panjang untuk pulang ke daerah masing-masing setiap lebaran idul fitri. Karena bisa silahturahmi dengan keluaarga, kerabat maupun tetangga. 

Dan menjadi momentum eksistensi daerah masing-masing, sekaligus menunjukkan keberhasilannya memperbaiki hidup di perantauan. Dan sekaligus juga, mudik menjadi terapi psikologis memanfaatkan libur lebaran untuk berwisata ke daerah setelah setahun sibuk dengan rutinitas pekerjaan. Untuk memperoleh semangat baru kembali saat masuk dan bekerja lagi !

Naah rasanya opor dan ketupat di dapur Ibu berkurang peminatnya, karena zona merah. Karena Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) soal larangan mudik 2020 hanya berlaku untuk daerah Pembatsan Sosial Berskala Besar (PSBB). zona merah, dan *aglomerasinya. Hingga saat artikel ini ditulis sudah tercatat ada 24 daerah berstatus PSBB. 

Perlu juga anda tahu Permenhub  Nomor 25 tahun 2020 tentang pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam rangka pencegahan Covid-19 telah berlaku. 

Semoga warung langganan tetap buka seperti biasanya. Dan jika ada rezeki juga menyajikan jualan opor ayam, maupun ketupat. Sehingga meski tidak bisa pulang kampung. Tetap bisa menikmati sajian opor maupun ketupat lebaran,meski bukan dari dapur rumah Ibu. 

Catatan : *Aglomerasi adalah kota atau kabupaten yang telah diperpanjang yang terdiri dari pusat kota yang padat (umumnya kota madya) dan kabupaten yang terhubung oleh daerah perkotaan yang berkesinambungan. Contoh : Jabodetabek, Bandung Raya yang meliputi Kota dan Kabupaten Bandung serta Kota Cimahi, yang menerapkan PSBB pada tanggal 22 April 2020. *Primordial: Sebuah pandangan yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya. (Sumber : DetikCom, Kulina Blok)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun