Norma dan stereotip sosiokultural yang mengakar mengenai peran gender dan kualitas kepemimpinan terus mempengaruhi persepsi mengenai kesesuaian perempuan untuk jabatan politik.Â
Kandidat perempuan mungkin menghadapi diskriminasi, bias, dan pengawasan berdasarkan gender mereka, sehingga mempengaruhi prospek pemilu dan karier politik mereka.
3. Terbatasnya Akses terhadap Sumber Daya
Perempuan seringkali memiliki akses terbatas terhadap sumber daya dan jaringan yang diperlukan untuk menavigasi lanskap politik secara efektif.Â
Faktor-faktor seperti pencapaian pendidikan, sumber daya keuangan, dan modal sosial dapat mempengaruhi kemampuan perempuan untuk mencalonkan diri, berkampanye secara efektif, dan mendapatkan pengaruh politik.
4. Tantangan Titik-Titik
Perempuan dari kelompok yang terpinggirkan atau kurang terwakili, termasuk perempuan kulit berwarna, perempuan adat, perempuan LGBTQ+, dan perempuan penyandang disabilitas, menghadapi berbagai bentuk diskriminasi dan marginalisasi yang semakin menambah hambatan terhadap partisipasi politik dan kepemimpinan.
Pentingnya Keterwakilan Perempuan
Mencapai kesetaraan gender dalam politik bukan hanya soal keadilan dan kesetaraan tetapi juga penting untuk efektivitas dan legitimasi pemerintahan demokratis.Â
Perspektif dan pengalaman hidup perempuan yang beragam memberikan wawasan unik dalam perdebatan kebijakan dan proses pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan kebijakan publik yang lebih inklusif dan responsif.Â
Selain itu, keberagaman gender yang lebih besar dalam kepemimpinan politik akan menumbuhkan kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi dan mendorong kohesi sosial dengan memastikan bahwa semua lapisan masyarakat terwakili dan didengar.
Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga politik berkorelasi dengan hasil positif di berbagai bidang seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi.Â