Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tantangan dan Peluang bagi Negara-Negara Berkembang dalam Membangun Sistem Politik yang Inklusif

23 Februari 2024   12:43 Diperbarui: 23 Februari 2024   12:50 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Negara di Dunia (Sumber: Pixabay.com/Joshua Woroniecki)

Dalam bidang pemerintahan, membangun sistem politik yang inklusif merupakan tantangan yang berat namun juga memberikan peluang yang sangat berharga, khususnya bagi negara-negara berkembang. 

Gagasan inklusivitas dalam politik merangkum gagasan untuk memastikan keterwakilan dan partisipasi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang status sosial-ekonomi, etnis, gender, atau agama. 

Meskipun aspirasi ini masih merupakan hal yang mendasar dalam mendorong demokrasi dan kohesi masyarakat, aspirasi ini menghadapi banyak rintangan dalam perjalanannya, dan saling terkait dengan peluang kemajuan yang menjanjikan.

Salah satu tantangan terbesar dalam membangun sistem politik inklusif terletak pada upaya mengatasi struktur kekuasaan yang mengakar dan kesenjangan historis.

Banyak negara berkembang bergulat dengan warisan kolonialisme, rezim otoriter, atau kesenjangan sosio-ekonomi yang sudah berlangsung lama, yang sering kali meminggirkan kelompok tertentu dari ranah politik. 

Akibatnya, upaya untuk mereformasi institusi dan mendistribusikan kekuasaan secara lebih adil menghadapi perlawanan dari kelompok kepentingan yang enggan melepaskan kendali. 

Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini diperlukan reformasi komprehensif yang memperhatikan kerangka kelembagaan dan sikap masyarakat, serta menuntut kemauan politik dan mobilisasi masyarakat yang besar.

Selain itu, mendorong inklusivitas memerlukan penanganan hambatan sistemik terhadap partisipasi politik. Terbatasnya akses terhadap pendidikan, pencabutan hak sosio-ekonomi, dan norma-norma budaya dapat menghambat kelompok-kelompok yang terpinggirkan, termasuk perempuan, kelompok minoritas, dan masyarakat pedesaan, untuk terlibat secara bermakna dalam proses politik. 

Menerapkan kebijakan tindakan afirmatif, meningkatkan pendidikan kewarganegaraan, dan mendorong inisiatif akar rumput merupakan langkah penting untuk memitigasi kesenjangan ini dan memperkuat suara yang beragam dalam proses pengambilan keputusan.

Selain mengatasi tantangan internal, negara-negara berkembang juga menghadapi tekanan eksternal dan dinamika global yang membentuk lanskap politik mereka. 

Dinamika kekuasaan internasional, ketergantungan ekonomi, dan kepentingan geopolitik seringkali mempengaruhi politik dalam negeri, sehingga berpotensi memperburuk praktik eksklusi atau menghambat reformasi inklusif. 

Untuk mengatasi tekanan-tekanan eksternal ini diperlukan diplomasi yang baik, kerja sama regional, dan advokasi yang tegas terhadap kedaulatan nasional dan prinsip-prinsip pemerintahan yang inklusif di tingkat global.

Namun, di tengah tantangan-tantangan ini, terdapat banyak peluang bagi negara-negara berkembang untuk membentuk sistem politik yang lebih inklusif. 

Merangkul kemajuan teknologi dan platform digital dapat meningkatkan transparansi politik, keterlibatan masyarakat, dan akses terhadap informasi, sehingga memberdayakan komunitas marginal dan menumbuhkan budaya politik yang lebih inklusif. 

Selain itu, memanfaatkan gerakan sosial, jaringan masyarakat sipil, dan aktivisme pemuda dapat mengkatalisasi tekanan dari bawah ke atas untuk melakukan reformasi politik dan memperkuat suara kelompok marginal dalam wacana kebijakan.

Selain itu, mendorong keterwakilan yang beragam dalam lembaga-lembaga politik dan posisi kepemimpinan sangat penting untuk memastikan inklusivitas. 

Penerapan kuota bagi kelompok yang kurang terwakili, mendorong partisipasi perempuan dalam politik, dan mendorong dialog antar budaya dapat memperkaya proses pengambilan keputusan, meningkatkan hasil kebijakan, dan mendorong kohesi masyarakat yang lebih besar. 

Dengan memelihara lingkungan politik yang merangkul keberagaman dan pluralisme, negara-negara berkembang dapat memanfaatkan seluruh potensi masyarakatnya dan memperkuat legitimasi dan efektivitas sistem pemerintahannya.

Kesimpulannya, perjalanan menuju pembangunan sistem politik inklusif di negara-negara berkembang penuh dengan tantangan, namun juga penuh peluang untuk melakukan transformasi positif. 

Dengan mengatasi kesenjangan internal, mengatasi tekanan eksternal, dan menerapkan pendekatan inovatif, negara-negara dapat mengatasi hambatan terhadap inklusivitas dan membentuk institusi politik yang lebih representatif, responsif, dan tangguh. 

Pada akhirnya, upaya mencapai inklusivitas dalam politik bukan sekadar keharusan moral, namun merupakan kebutuhan pragmatis untuk mendorong pembangunan berkelanjutan, keadilan sosial, dan pemerintahan demokratis di abad ke-21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun