Di negara-negara yang bergulat dengan isu imigrasi dan multikulturalisme, partai politik mungkin mengeksploitasi sentimen berbasis identitas untuk menggalang dukungan bagi kebijakan imigrasi yang membatasi atau untuk mempromosikan identitas budaya atau etnis tertentu sebagai inti identitas nasional.Â
Maraknya gerakan populis di Eropa, misalnya, ditandai dengan politisasi isu terkait imigrasi, identitas nasional, dan multikulturalisme.
Namun, meskipun politik identitas dapat menjadi alat yang ampuh untuk memajukan keadilan dan inklusi sosial, politik identitas juga mempunyai keterbatasan dan tantangan.Â
Salah satu kritik utama adalah bahwa hal ini dapat menyebabkan polarisasi dan perpecahan dalam masyarakat, karena kelompok-kelompok identitas bersaing untuk mendapatkan pengakuan dan sumber daya.Â
Selain itu, esensialisasi kategori identitas dapat menyederhanakan permasalahan sosial yang kompleks dan menghambat dialog dan kerja sama yang bermakna antara berbagai kelompok.
Kesimpulannya, peran politik identitas dalam membentuk kebijakan publik tidak dapat disangkal, dan pengaruhnya terlihat jelas di berbagai negara di dunia.Â
Mulai dari mengadvokasi hak-hak kelompok marginal hingga mendorong agenda nasionalis, politik identitas membentuk kontur perdebatan kebijakan dan proses pengambilan keputusan.Â
Namun, kita perlu berhati-hati dalam menavigasi kompleksitas politik identitas, dengan menyadari potensi perubahan positif dan kelemahannya.Â
Pada akhirnya, pembuatan kebijakan yang inklusif dan adil memerlukan keseimbangan antara beragam kebutuhan dan perspektif masyarakat sekaligus mendorong dialog dan pemahaman lintas batas identitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI