Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Merangkul Hari Tenang di Desa

20 Februari 2024   16:52 Diperbarui: 20 Februari 2024   16:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu kala, terletak di tengah perbukitan dan tanaman hijau subur, terdapat sebuah desa kuno di mana waktu seakan memperlambat lajunya. 

Kehidupan di sana tidak ditentukan oleh hiruk pikuk jalanan kota, namun oleh ritme alam yang lembut dan kegembiraan sederhana dalam komunitas. Dalam suasana yang tenang inilah seorang gadis muda bernama Maya mempelajari salah satu pelajaran hidup yang paling berharga.

Di desa Serenity, tempat tinggal Maya, ada hari-hari ketika matahari terbit dengan malas, menebarkan rona keemasan di atas lanskap yang tenang. Di hari-hari seperti itu, desa seakan diselimuti keheningan, hanya desiran angin dan kicauan burung yang memecah kesunyian.

Pada awalnya, Maya merasa hari-hari tenang ini meresahkan. Berasal dari kota yang ramai, ia terbiasa dengan aktivitas dan kebisingan yang terus-menerus. Keheningan desa membuatnya gelisah, dan ia mendambakan kegembiraan dan hiburan. Namun seiring berjalannya waktu, Maya mulai menyadari keindahan yang tersembunyi di balik momen tenang tersebut.

Suatu sore yang cerah, saat Maya duduk di tepi kolam desa, dia merenungkan arti kegelisahannya. Tiba-tiba, seorang penduduk desa tua mendekatinya, mata bijaknya berbinar-binar karena kebaikan. Merasakan gejolak batin Maya, dia menawarkan nasihat yang akan selalu diingatnya selamanya.

"Nak," katanya, "dalam keheningan hari-hari ini terdapat harta karun kebijaksanaan. Rangkullah saat-saat tenang, karena saat-saat tenang memberikan kesempatan untuk introspeksi dan penemuan diri. 

Pada saat-saat inilah kita dapat mendengar bisikan-bisikan hati kita sendiri dan menemukan penghiburan dalam keindahan kesederhanaan."

Maya mengingat kata-katanya dan mulai menghargai hari-hari damai di desa. Dia menghabiskan waktunya berjalan-jalan di padang rumput, mendengarkan melodi alam, dan berhubungan dengan penduduk desa. Dalam ketiadaan kebisingan dan gangguan, dia menemukan rasa kedamaian batin yang tidak dia rasakan dalam kekacauan kota.

Seiring bergantinya musim dan waktu terus berjalan, Maya semakin menyukai hari-hari tenang di Serenity. Dia menyadari bahwa tempat-tempat itu tidak kosong atau membosankan, melainkan penuh dengan kekayaan keajaiban-keajaiban kecil dalam hidup. 

Setiap momen yang dihabiskan dalam pelukan alam dan komunitas memberinya pelajaran berharga tentang rasa syukur, kesabaran, dan pentingnya memperlambat kecepatan.

Maka dari itu, para pembaca yang budiman, marilah kita menyimak cerita Maya dan mengingat bahwa ada keindahan yang bisa ditemukan dalam keheningan hidup. 

Di tengah hari-hari sibuk kita, semoga kita berhenti sejenak untuk menghargai saat-saat tenang dan merangkul ketenangan yang dibawanya. Karena dalam kesederhanaan hari-hari ini kita sering menemukan harta karun terbesar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun