Hampir satu dekade Budi meninggalkan kampung halamannya di Jambi. Kehidupan telah membawanya ke kota-kota yang ramai dan negeri-negeri yang jauh, namun panggilan dari akarnya masih kuat, terutama pada tahun pemilu 2024.Â
Ketika semangat politik melanda bangsa, Budi merasa harus pulang kampung untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk masa depan komunitasnya.
Dengan hati penuh nostalgia dan tujuan, Budi memulai perjalanan kembali ke Jambi. Pemandangan dan suara yang familiar menyambutnya saat dia turun dari bus, menghirup udara segar dari tanah kelahirannya.Â
Kenangan membanjiri kembali saat dia berjalan di jalanan yang pernah dia jelajahi saat masih kecil, setiap sudut menyimpan kisah masa lalunya.
Sesampainya di rumah keluarganya, Budi disambut hangat oleh orang tua dan tetangga lamanya. Mereka bertukar cerita tentang kehidupan mereka selama bertahun-tahun, mengenang momen-momen yang terlewatkan.Â
Namun di tengah gelak tawa dan kenangan tersebut, Budi merasakan ketegangan yang nyata di udara, sebuah cerminan dari iklim politik yang mencekam di kota tersebut.
Menjelang pemilu, Budi membenamkan dirinya dalam pertemuan dan diskusi masyarakat. Ia mendengarkan dengan sungguh-sungguh kekhawatiran masyarakat, permasalahan yang sangat membebani hati mereka.Â
Kemiskinan, pendidikan, dan kelestarian lingkungan hidup muncul sebagai tema yang berulang, masing-masing merupakan bukti tantangan yang dihadapi Jambi tercinta.
Didorong oleh keinginan untuk membuat perubahan, Budi terjun dalam upaya kampanye. Ia menggalang dukungan bagi para kandidat yang mempunyai visi yang sama mengenai masa depan yang lebih baik, melakukan kampanye dari pintu ke pintu dan mengorganisir aksi unjuk rasa di alun-alun kota. Semangat dan dedikasinya menyulut semangat komunitas, memberikan semangat baru pada harapan mereka akan perubahan.
Ketika hari pemilihan tiba, Budi berdiri berbaris bersama warga desa lainnya, masing-masing bersemangat untuk memberikan suara mereka demi hari esok yang lebih cerah.Â