Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen | Petualangan Ramadhan: Merangkul Awal Bulan Suci

10 Februari 2024   20:56 Diperbarui: 10 Februari 2024   21:05 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Anak Sedang Duduk dan Merenung (Sumber: Pixabay.com/Victoria)

Amir adalah seorang anak muda yang hidup di sebuah kota yang ramai dan dinamis. Menjelang Ramadhan, Amir memiliki antisipasi yang berbeda dari biasanya. 

Ia berkomitmen untuk memaksimalkan bulan Ramadhan tahun ini dan memulai petualangan Ramadhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Amir bangun sebelum fajar dengan gembira saat hari pertama Ramadhan tiba. Dia masuk ke dapur secara diam-diam, berhati-hati untuk tidak membangunkan keluarganya, dan menyiapkan hidangan Sahur yang sederhana tetapi lezat. Dia merasakan semangat dan energi dalam setiap gigitannya, siap untuk menghadapi hari yang akan datang.

Setelah salat Subuh, Amir memutuskan untuk memulai perjalanan Ramadhannya dengan mengunjungi masjid-masjid di sekitar rumahnya. Saat dia berjalan melewati jalan-jalan yang sepi, angin pagi membelai wajahnya, membawa aroma bunga-bunga yang tumbuh. Di aulanya, dia disambut dengan suara bacaan Alquran yang menenangkan ketika dia tiba di masjid.

Amir menemukan suasana tenang di dalam, dengan rekan-rekannya yang khusyuk berdoa di sekitarnya. Dia bergabung dengan mereka untuk mengucapkan terima kasih kepada Allah dan meminta berkah-Nya untuk bulan berikutnya. 

Setelah salat, dia berbicara dengan Imam karena dia ingin tahu lebih banyak tentang pentingnya bulan Ramadhan dan cara terbaik untuk memanfaatkannya.

Dengan pengetahuan dan inspirasi baru, Amir pergi ke kota, bertekad untuk menyebarkan niat baik dan kebaikan ke mana pun dia pergi. Dia menghabiskan sore hari di panti asuhan lokal, di mana dia bermain game dan bercerita dengan anak-anak. Mereka mengingatkannya akan pentingnya kasih sayang dan empati selama Ramadhan dengan tawa dan senyuman mereka.

Menjelang akhir hari, saatnya berbuka puasa, yang merupakan momen penting saat matahari terbenam. Amir merasakan rasa syukur yang mendalam atas dukungan dan cinta keluarganya saat mereka berkumpul di meja makan. Saat berbuka puasa, mereka menikmati masakan buatan sendiri, berbagi cerita, dan tertawa bersama.

Petualangan Ramadhan Amir, bagaimanapun, belum selesai. Dia terus mencari pengalaman baru dan kesempatan untuk berkembang sepanjang bulan. 

Dia menjadi sukarelawan di dapur umum setempat, membantu orang miskin makan. Dia ikut salat Tarawih larut malam di masjid, menikmati keindahan ibadah berjamaah.

Saat minggu berganti dan Ramadhan hampir berakhir, Amir memikirkan perjalanan luar biasanya. Dia telah belajar banyak tentang syukur, kasih sayang, dan kekuatan komunitas. 

Yang terpenting, dia semakin mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat imannya, dan memperbarui komitmennya untuk menjalani kehidupan yang benar.

Saat mengucapkan selamat tinggal kepada Ramadhan, Amir tahu bahwa kenangan dan pelajaran yang dia pelajari dari petualangan itu akan tetap tertanam dalam ingatan selamanya. 

Sementara ia menatap masa depan dengan optimisme, ia bersumpah untuk membawa semangat Ramadhan bersamanya dalam segala upayanya dan menyebarkan cinta, kebaikan, dan kedamaian ke mana pun ia pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun