SWAB TEST
Virus yang sedang menjadi pembicaraan hangat di seluruh penduduk bumi ini telah merebak. Lonjakan kasus orang yang terinfeksi dalam kesehariannya terus meningkat. Awalnya, per hari tidak sampai puluhan, namun setelah lebih dari enam bulan kasusnya dalam  sehari bisa mencapai ribuan.
Informasi tentang orang yang terinfeksi virus layaknya orang yang sedang dalam keadaan tenggelam di air karena organ pernafasannya sedikit demi sedikit tidak berfungsi tentu membuat bergidik bulu kudu.
Apalagi, ketika pemakaman orang yang meninggal lantaran terkena virus tersebut harus dilakukan secara khusus dan tidak dibolehkannya pelayat mendekat maka semakin menambah menyeramkan.
Begitu bahayanya virus tersebut sehingga upaya untuk menekan jumlah orang yang terpapar dilakukan oleh segenap lapisan masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah dengan swab test. Dengan test ini harapannya seseorang akan dapat diketahui positif atau negatif  dari paparan virus. Ketika terdeteksi terkena virus maka bisa segera melakukan isolasi diri, tidak melakukan aktivitas yang terhubung langsung dengan orang lain agar tidak ikut terpapar.
Upaya swab test ini menjadikan sebagian orang menjadi takut menjalaninya. Namun, hal ini tidak berlaku bagi Bang Jarwo. Merasa hanya orang desa pedalaman yang lugu dan tidak punya pangkat serta  jabatan dalam struktur pemerintahan (jangankan jabatan, bergaul berkumpul dengan pejabat saja tidak pernah ia lakukan) menjadikan Bang Jarwo yakin bahwa hasil testnya pasti negatif.
Bang Sopo: "Bang, kenapa yakin sekali jika di swab test hasilnya pasti negatif?"
Bang Jarwo: "Karena saya bukan pejabat publik dan belum pernah menerima sogokan dalam bentuk apapun."
Bang Sopo: "Itu mah suap, Bang. Abang ini bisa saja."
budi sarjono,
Bantul, Des'20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H