Mohon tunggu...
I Ketut Budiasa
I Ketut Budiasa Mohon Tunggu... -

Swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetiaan Jatayu

3 Oktober 2017   15:12 Diperbarui: 3 Oktober 2017   15:27 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

2.  Satya Herdaya, ini adalah kesetiaan pada diri sendiri, kesetiaan pada  kata hati. Yang mana kata hati ? Bagaimana membedakan kata hati dengan  kata ego dan kepentingan ? Itu memang harus sering dilatih, sering  didengar. Jangan penjarakan hati yang bening hingga patah sayap2nya.  Kelak ketika badan tak lagi perkasa, dan hati sudah terlalu lama  terpenjara, seseorang tak lagi memiliki cahaya dalam hidupnya. Kata hati  tak pernah mengajarkan keburukan, karena ia adalah suara Atman, suara  Tuhan didalam diri. 

3. Satya Mitra, setia kepada teman. Itulah  yang dicontohkan oleh Jatayu. Ia mengorbankan dirinya untuk melindungi  milik sahabatnya. Setia kepada teman tidak berarti setia kepada seluruh  tindakannya. Setia kepada teman bisa berarti memberikan kritik,  mengingatkan, bila teman berbuat salah. Tapi kalau sebelumnya mengkritik  tapi tiba2 berteman karena dijanjikan kekuasaan, itu bukan setia kepada  teman, tetapi setia kepada kepentingan. 

4. Satya Wacana, setia  kepada kata2, termasuk setia atau jujur dalam berkata-kata, tidak  berdusta, tidak mengucapkan kata-kata yang tidak sopan. Bertanggungjawab  atas setiap kata yang diucapkan. Kalau terlanjur melakukan hate speech,  siap2 bertanggungjawab bila dituntut. Tapi sebaiknya pikir matang2  sebelum bicara. Kalau yang diucapkan memberi kebaikan, ucapkan. Kalau  tidak membawa manfaat atau malah menjerumuskan, tahan dan lupakan. Tuhan  memberi manusia anugerah berupa mulut dan lidah, maka gunakan anugerah  itu di jalan Tuhan. 

5. Satya Laksana, setia pada perbuatan,  termasuk setia dan jujur mengakui dan bertanggung jawab terhadap apa  yang pernah diperbuat. Bila melakukan sebuah tugas yang belum selesai,  harus setia menyelesaikannya hingga tuntas. Pemilu masih 2 tahun lagi,  yang genit2 bermanuver hingga mengganggu tugas utama, bertentangan  dengan ajaran ini. Memang tidak ada ancaman hukuman neraka, tetapi bagi  mereka yang melakukan hal2 bertentangan dengan ajaran Dharma, maka siap2  hidup dalam kegelapan. Menentang ajaran Dharma sama seperti meniup  lilin yang menerangi malam. Ujungnya pasti gelap gulita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun