Mohon tunggu...
Budi Satria
Budi Satria Mohon Tunggu... -

Punya cita-cita menjadi kepala sekolah Hogwarts

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angka Golput di Kalangan Anak Muda Yogyakarta Diprediksi Tinggi

23 Desember 2018   02:12 Diperbarui: 12 Februari 2019   11:59 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2018 akan segera berakhir dan berganti dengan tahun 2019. Ada satu agenda besar bagi seluruh masyarakat Indonesia di tahun 2019, yaitu pemilihan umum untuk memilih presiden, wakil presiden, dan anggota badan legislatif. Pemilu yang semakin dekat membuat rakyat terpecah menjadi dua kubu, yaitu pendukung calon petahana dan pendukung calon oposisi.

 Berbagai cara pun dilakukan tim sukses kedua calon untuk memenangkan calonnya, termasuk menghembuskan isu SARA. Meskipun sudah dilarang oleh KPU, namun tetap saja isu-isu yang berbau SARA digulirkan untuk menjatuhkan calon musuh. Tentu saja hal ini membuat keadaan di masyarakat menjadi kacau dan rakyat terpecah belah.

Di tengah masyarakat yang terbelah menjadi dua, ada segolongan orang yang memilih untuk tidak memilih satupun calon alias tidak mengikuti pemilu. Mereka yang memilih untuk menggugurkan hak pilihnya itu memiliki beragam alasan. Ada yang tidak memilih karena tidak merasa cocok dengan visi dan misi kedua calon. 

Ada pula yang tidak memilih karena tidak suka dengan gaya kampanye keduanya yang suka menggunakan isu SARA. Ada juga yang tidak memilih karena masalah idealisme. Mereka semua punya alasan tersendiri untuk tidak memilih. Meskipun terus menerus dihimbau untuk memakai hak pilihnya, selama tekad mereka sudah bulat tetap saja mereka tidak akan menggunakannya. Orang-orang inilah yang disebut dengan julukan golongan putih atau golput.

Biarpun dianggap merugikan negara, kalangan orang yang memilih golput tetap yakin bahwa tidak memilih adalah keputusan terbaik. (Foto: Hipwee)
Biarpun dianggap merugikan negara, kalangan orang yang memilih golput tetap yakin bahwa tidak memilih adalah keputusan terbaik. (Foto: Hipwee)
Pada pemilu 2019, diprediksi akan banyak anak muda di Yogyakarta yang tidak menggunakan hak pilihnya alias golput. Seperti yang sebelumnya dikatakan, mereka semua memiliki alasannya masing-masing untuk tidak memilih.

 Namun, salah satu alasan yang paling umum adalah karena mereka tidak suka dengan gaya kampanye dari calon baik itu eksekutif maupun legislatif. Untuk mengurangi angka golput ini, ada baiknya para calon mengkaji ulang strategi kampanye mereka dan mencoba untuk melakukan kampanye dengan cara yang disukai anak-anak muda.

Ambillah contoh Bambang Soepijanto. Calon DPD RI Dapil DIY yang juga ketua APKINDO (Asosiasi Panel Kayu Indonesia) ini melakukan kampanye dengan cara yang kreatif dan menarik bagi kawula muda Yogyakarta. 

Tidak hanya sekedar menarik simpati masyarakat dengan mengobral janji-janji yang belum tentu ditepati di kemudian hari, Bambang Soepijanto melakukan kampanye dengan dimulai dari membagikan konten-konten edukatif. Hal tersebut bisa dilihat di akun instagram resmi Bambang Soepijanto. Melalui Instagram, Bambang memberikan konten edukatif seperti membahas isu-isu populer di Indonesia dan Yogyakarta, serta membahas tentang hal-hal terkait pemilu. 

Salah satu konten di Instagram Bambang Soepijanto yang membahas tentang UMP dan UMK Yogya. (Foto: Instagram/@bambangsoepijanto_dpd24)
Salah satu konten di Instagram Bambang Soepijanto yang membahas tentang UMP dan UMK Yogya. (Foto: Instagram/@bambangsoepijanto_dpd24)
Cara yang ditempuh oleh Bambang Soepijanto dalam melakukan kampanye ini bisa jadi karena mantan Dirjen Planologi Kehutanan ini sadar bahwa kampanye di era sekarang ini tentunya harus menyesuaikan pula dengan keadaan di masyarakat. Jika masyarakat sudah jengah dengan cara kampanye yang sudah dilakukan bertahun-tahun oleh calon-calon lainnya, maka lakukanlah penyegaran dalam berkampanye dengan memanfaatkan teknologi yang banyak digunakan oleh masyarakat. 

Kecerdikan Bambang Soepijanto dalam berkampanye melalui media sosial ini adalah tanda bahwa Bambang Soepijanto ingin menjaga ketentraman masyarakat Yogyakarta dengan tidak melakukan kampanye yang provokatif dan mengadu domba antar rakyat DIY.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun