Mungkin bagi orang luar Yogya, masih ada anggapan bahwa Yogyakarta merupakan daerah yang nyaman, dengan orang-orang yang ramah dan jalanan yang bebas dari kemacetan. Namun keadaan sebenarnya adalah jalanan di Yogya makin padat dengan kendaraan, baik plat dalam kota maupun plat luar kota. Sebenarnya hal tersebut wajar karena secara nasional pun jumlah pemilik kendaraan pribadi semakin meningkat.Â
Apalagi, Yogyakarta merupakan daerah tempat tujuan wisata, yang membuat banyak orang dari luar daerah berdatangan ke Yogya untuk berwisata. Belum lagi dengan banyaknya sekolah dan universitas di Yogyakarta yang tentunya banyak pendatang yang menuntut ilmu disana, dan kebanyakan membawa kendaraan pribadi dari tempat asalnya sehingga makin padat lah jalanan Yogyakarta.Â
Dari beberapa percakapan dengan teman-teman saya yang asli Yogya dan juga dengan bapak-bapak angkringan, rata-rata menyalahkan pendatang sebagai sebab macetnya Yogyakarta sekarang, biarpun sebenarnya tidak ada bukti konkrit yang bisa membenarkan hal tersebut.
Jika berbicara tentang kemacetan, solusi yang biasanya ditawarkan untuk mengurangi kemacetan adalah dengan menggunakan kendaraan umum. Harapannya dengan banyaknya orang yang menggunakan kendaraan umum, akan mengurangi jumlah pengguna kendaraan pribadi sehingga kepadatan lalu lintas akan berkurang.Â
Namun hal tersebut terhalang dengan rendahnya minat masyarakat untuk memakai kendaraanÂ
umum. Jika ditelusuri lebih lanjut, kebanyakan orang menolak memakai kendaraan umum karena alasan kurangnya faktor kenyamanan di dalam kendaraan umum dan waktu tempuh yang lebih cepat jika memakai kendaraan pribadi. Apakah hal tersebut juga berlaku untuk kendaraan umum di Yogya? Tampaknya iya.
Salah satu kendaraan umum yang paling populer di Yogyakarta adalah Trans Jogja. Bus Rapid Transit yang diluncurkan pada tahun 2008 ini merupakan salah satu bentuk kendaraan umum yang penggunanya cukup banyak tiap harinya.Â
Namun ternyata Trans Jogja juga mempunyai masalah seperti kendaraan umum yang lain, yaitu masalah kenyamanan dan waktu tempuh yang lama. Untuk masalah kenyamanan, sebenarnya interior Trans Jogja cukup nyaman.Â
Namun masalahnya adalah jumlah armada yang terbatas sehingga pada jam-jam padat akan terjadi penumpukan penumpang di dalam bus, yang tentunya membuat penumpangnya tidak nyaman. Belum lagi salah satu hal yang paling sering dikeluhkan dari Trans Jogja adalah supirnya yang ugal-ugalan, yang jelas membuat penumpangnya tambah tidak nyaman.Â
Faktor terbatasnya armada yang tersedia juga membuat orang yang ingin menaiki Trans Jogja harus menunggu lama di Halte. Hal-hal tersebut merupakan alasan yang dipakai kebanyakan orang untuk menolak memakai moda transportasi umum Trans Jogja.
Daripada membuat program baru yang belum pasti berhasil, lebih baik memperbaiki kekurangan dari program yang sudah berjalan. Tentunya hal tersebut membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah dari DPD. Sebagai perwakilan daerah di tingkat pusat, DPD harus bisa menyuarakan keresahan masyarakat Yogya terhadap kurangnya fasilitas kendaraan umum Trans Jogja. Menyikapi hal tersebut, Bambang Soepijanto, calon DPD RI Dapil DIY menyampaikan bahwa Ia akan memperjuangkan agar Yogya mempunyai fasilitas kendaraan umum yang memadai dan merata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H