Agar si buah hati siap dalam menghadapi tantangan masa depan. Orangtua di era sekarang dituntut untuk membekali anak pada setiap sisi kehidupan. Seorang anak diberikan bekal pengetahuan di bidang mental, spiritual, intelektual, finansial dan lain sebagainya.
Di sisi finansial, orangtua seringkali bertanya kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk mengajarkan anak tentang uang? Yang paling penting dari pertanyaan ini sesungguhnya adalah untuk apa kita mengajarkan anak tentang uang? Sebenarnya, meskipun anak tidak kita ajarkan secara langsung tentang uang, anak secara langsung belajar tentang uang dari kebiasaan-kebiasaan keuangan kita dan bagaimana dia memperoleh dan menggunakan uang.
Kebanyakan orang merasa takut mengajarkan tentang uang kepada anak karena anak dikhawatirkan akan menjadi anak yang materialistis di masa yang akan datang. Tetapi, tidak mengajarkan masalah uang kepada anak dampaknya justru lebih menyedihkan lagi. Anak akan belajar tentang keuangan dari lingkungannya tanpa memahami makna dari tindakan orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, kami pernah menemui keluhan dari sebuah sekolah yang mengatakan bahwa murid-murid di sekolahnya ada beberapa yang sering dibohongi kantin sekolahnya dengan tidak memberikan uang kembalian untuk kembalian atas jajanan yang di beli di kantin sekolah itu, hal ini disebabkan anak hanya mengerti bahwa untuk membeli jajanan di kantin sekolah dia hanya harus menyerahkan uang tanpa mengerti nilai dari uang tersebut. Hal ini seharusnya menjadi hal yang lebih mengkhawatirkan daripada kekhawatiran orangtua itu tentang sifat materialistis anak setelah lebih mengerti tentang arti uang dalam kehidupan.
Jadi, apa yang harus kita lakukan dalam mempersiapkan anak agar mengerti tentang uang?
Pertama, anak bisa kita ajarkan tentang fungsi uang. Kebanyakan anak mengerti hal ini. Bahwa, untuk mendapatkan benda yang dia inginkan dia membutuhkan uang sebagai alat tukarnya. Jadi fungsi uang sebagai alat tukar bisa dipahami oleh anak.
Kedua, ajarkan tentang nilai uang kepada anak. Begitu seorang anak mengerti dan memahami tentang nilai bahwa sesuatu nilai bisa sama atau lebih atau kurang. Si anak bisa mulai di ajak berdiskusi tentang barang yang diinginkan dan uang yang tersedia. Misal: si anak menginginkan suatu mainan berharga Rp 5.000,- dan si ibu memberikan uang senilai Rp 5.000,- berarti uang itu pas untuk membeli mainan tersebut, dan apabila si ibu memberikan uang senilai Rp 10.000,- berarti ada kelebihan uang untuk membeli mainan tersebut berarti si anak bisa mengharapkan adanya uang kembalian dari penjaja mainan tersebut.
Ketiga, ajarkan tentang menabung kepada anak. Hal ini bisa dilakukan ketika misalnya si anak menginginkan suatu barang yang nilainya sangat besar. Misal dalam contoh sebelumnya adalah si ibu hanya memberikan uang Rp 1.000,- maka si anak mengerti bahwa uang yang diberikan nilainya kurang, dan ia tidak bisa mendapatkan benda yang diinginkannya. Maka ajak anak untuk menabung sehingga dalam sekian waktu ia bisa memperoleh jumlah uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya. Dalam menabung, ada baiknya anak belajar menabung di bank dan ia bisa memperoleh buku tabungannya sendiri agar dia memahami bahwa atas tabungannya dia memperoleh bunga atau hasil atas tabungannya. Artinya, semakin banyak ia menabung, maka akan semakin banyak hasil atas tabungannya maka ia akan semakin termotivasi untuk menabung.
Keempat, ajarkan tentang uang bisa memiliki fungsi sosial. Beri anak sebuah pengertian, bahwa di sekitar kita ada saudara-saudara kita yang tidak seberuntung kita atau lebih membutuhkan uang itu. Ajak anak untuk langsung berinteraksi dengan mereka dan memberi langsung tidak hanya melalui kotak amal. Hal ini akan menanamkan jiwa sosial kepada anak dan membangun prioritas keuangan.
Kelima, ajarkan anak cara mendapatkan uang. Jangan sampai si anak merasa bahwa orangtuanya adalah mesin ATM yang selalu menyediakan uang. Dengan mengajak anak mengerti bahwa uang bisa dia peroleh jika dia melakukan sesuatu yang berharga untuk orang lain atau sebagai bonus atas prestasi yang dia hasilkan.
Keenam, ajarkan sejak dini sejak anak mengenal arti nilai lebih banyak atau lebih sedikit. Semakin dini si anak memahami tentang uang, kecerdasan dan ketrampilan keuangannya akan semakin terasah. Berapa banyak orang yang kita kenal sekarang merupakan pengusaha sukses adalah anak-anak yang tadinya berada dalam kondisi kekurangan dan sudah belajar menciptakan uang sejak dini.
Ketujuh, perhatikan kebiasaan keuangan anda. Tidak mungkin mengajarkan anak untuk tidak bersikap konsumtif apabila kita sendiri adalah orang yang konsumtif. Anak adalah peniru anda yang sangat baik. Semoga bermanfaat.