Dengan mengeliminasi wabah virus Motaba (karena sudah ada serumnya), film ini menyisakan pertarungan antara Kolonel Sam Daniels dan Jenderal McClintock, ide liberalisme kontra militerisme konvensional.
Film Outbreak adalah film yang bertemakan bencana epidemi yang disutradarai oleh Wolfgang Petersen. Diperankan oleh Dustin Hoffman, Rene Ruso, Morgan Freeman, dan Donald Shutterland.
Seperti film bencana pada umumnya. Film ini dilatarbelakangi oleh wabah virus Motaba, virus yang jarang diketahui oleh manusia karena hidupnya di tengah hutan di Afrika, tiba-tiba menjangkiti manusia.
Film ini dibuka pada tahun 1967, dimana virus itu hanya menginfeksi sekolompok manusia di tengah hutan Afrika. Alih-alih untuk menolong orang-orang yang terinfeksi, militer Amerika justru menjatuhkan bom tepat di kamp penampungan para pasien virus Motaba.
Penyelesaian gaya militer tersebut awalnya tidak menjadi masalah, karena dilakukan secara rahasia dan terjadi di hutan terpencil. Namun, 28 tahun kemudian, tiba-tiba virus ini bisa menyebrang begitu jauh hingga menjangkiti masyarakat di Amerika.
Virus itu dibawa melalui inangnya oleh pedagang hewan yang menangkap hewan liar secara ilegal untuk dijual di pasar gelap. Inang virus itu adalah sebuah monyet jenis caphucin yang lucu.
Di sini kita tahu bahwa Amerika adalah negara liberal -- di mana setiap warganya sangat menghargai nyawa seseorang. Membunuh satu orang saja bisa menciptakan teriakan Internasional. Kecanggihan penyebaran dogma liberal adalah mereka pandai meyakinkan institusi-institusi kolektif seperti negara, Lembaga Swadaya Masyarakat dan bahkan lembaga keagamaan. Bisa dibayangkan betapa repotnya lembaga-lembaga itu jika sebuah institusi melakukan pembunuhan dengan senjata pemusnah massal.
Bandingkan dengan doktrin militer konvensional, yang strateginya terpusat pada pengamanan nasional. Ketika virus menyerang sebuah wilayah, dan menjadi krisis kemanusiaan, di mana virus tidak bisa dikendalikan oleh petugas kesehatan dan juga para ilmuwan, maka militer akan mengambil alih dengan mengorbankan satu wilayah penduduk demi menyelamatkan banyak orang.
Film Outbreak seolah-olah mengkritik cara-cara militerisme konvensional dalam penanganan krisis kesehatan akibat virus mematikan. Jadi sebenarnya virus bukanlah antagonis dalam cerita ini, melainkan para birokrat yang mendukung upaya pemusnahan massal.
Liberalisme menawarkan sebuah konsep ide untuk menangani krisis, yaitu: melalui ilmu pengetahuan yang berpihak kepada kemanusiaan. Dalam film ini ada tokoh sentral yang membawa idealisme liberal, yaitu: Kolonel Sam Daniels. Seperti yang kita ketahui, Kolonel Sam adalah virologi, atau seorang ahli virus sekaligus peneliti yang bekerja di Departemen Pertahanan.
Sang hero, Kolonel Sam, akan menemui semacam deadlock atau jalan buntu ketika para birokrasi menyetujui adanya pemusnahan massal. Apalagi para birokrat itu adalah atasan Kolonel Sam sendiri, Jenderal Donald McClintock.
Tokoh Jenderal McClintock ini salah satu tokoh antagonis yang kehadirannya hanya membuat film ini supaya ada rintangan saja. Tidak menambah kualitas film untuk dianalisis.
Entah apa yang ada di pikiran Jenderal ini. Padahal serum anti virus Motaba sudah ditemukan, tetapi oleh Jenderal McClintock beserta jajarannya sengaja disembunyikan dengan alasan yang tidak jelas.
"Apapun yang terjadi pokoknya penyelesaiannya harus lewat BOM!" Mungkin begitu pikirannya.
Tanpa Jenderal McClintock, mungkin wabah virus Motaba ini bisa diselesaikan sebelum virus bermutasi menjadi lebih berbahaya, dimana saat virus bisa menyebar melalui udara -- yang awalnya melalui droplet. Jika tokoh antagonis ini tidak ada, film tersebut akan selesai dalam waktu 20 menit saja. Disinilah letak kedangkalan cerita film Outbreak.
Namun terlepas dari itu, sikap Jenderal McClintock yang psikopat justru memberi jalan karakter Kolonel Sam Daniels menjadi lebih bersinar. Dengan gagah berani Kolonel Sam melawan birokrasi, mempertahankan keyakinannya, dan membawa dogma suci kemanusiaan. Dia tidak hanya mengorbankan pekerjaannya, namun juga nyawanya.Â
Ya.. Kolonel Sam rela mengorbankan nyawanya dengan bersedia menabrak helikopternya ke pesawat pembawa bom. Wuiih.. Inilah sebuah fantasi liberal tentang perjuangan individu untuk menyalamatkan jutaan manusia dari pembunuhan massal dari seorang Jenderal pemegang kendali gudang senjata.
Tapi sayang itu hanya terjadi di film. Karena pada kenyataannya dalam dunia nyata tidak ada Jenderal psikopat seperti McClintock.
Seperti yang kita ketahui film pada akhirnya berakhir dengan Happy Ending. Wilayah yang terkena dampak penyebaran virus akhirnya bisa disembuhkan setelah Kolonel Sam berhasil mengidentifikasi monyet caphucin sebagai inang virus, dan membawanya ke laboratoruim untuk diambil serumnya. Serum tersebut menyelamatkan ratusan penduduk di Cedar Creek, Amerika.
Film ini akhirnya mengkiritik praktek-praktek militerisme di berbagai negara. Pada saat film ini dirilis yaitu pada tahun 1995, banyak negara yang masih bertahan dengan system pemerintahan militerisme. Hal ini wajar karena liberalisme pada saat itu dianggap sebagai perpanjangan dari neo-kolonialisme, negara-negara yang pernah dijajah seperti Indonesia, memilih untuk dicengkram oleh gaya kepemimpinan otoriter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H