Mohon tunggu...
Budi Rachman
Budi Rachman Mohon Tunggu... Novelis - Penulis buku, praktisi olahraga, dan penikmat film.

Belajar menulis memaksa saya membaca. Membaca mendorong saya untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Outbreak" (1995): Dogma Suci Liberalisme dan Kritik terhadap Pemerintahan Militerisme

14 April 2020   06:56 Diperbarui: 14 April 2020   07:22 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liberalisme menawarkan sebuah konsep ide untuk menangani krisis, yaitu: melalui ilmu pengetahuan yang berpihak kepada kemanusiaan. Dalam film ini ada tokoh sentral yang membawa idealisme liberal, yaitu: Kolonel Sam Daniels. Seperti yang kita ketahui, Kolonel Sam adalah virologi, atau seorang ahli virus sekaligus peneliti yang bekerja di Departemen Pertahanan.

Sang hero, Kolonel Sam, akan menemui semacam deadlock atau jalan buntu ketika para birokrasi menyetujui adanya pemusnahan massal. Apalagi para birokrat itu adalah atasan Kolonel Sam sendiri, Jenderal Donald McClintock.

Tokoh Jenderal McClintock ini salah satu tokoh antagonis yang kehadirannya hanya membuat film ini supaya ada rintangan saja. Tidak menambah kualitas film untuk dianalisis.

Entah apa yang ada di pikiran Jenderal ini. Padahal serum anti virus Motaba sudah ditemukan, tetapi oleh Jenderal McClintock beserta jajarannya sengaja disembunyikan dengan alasan yang tidak jelas.

"Apapun yang terjadi pokoknya penyelesaiannya harus lewat BOM!" Mungkin begitu pikirannya.

Tanpa Jenderal McClintock, mungkin wabah virus Motaba ini bisa diselesaikan sebelum virus bermutasi menjadi lebih berbahaya, dimana saat virus bisa menyebar melalui udara -- yang awalnya melalui droplet. Jika tokoh antagonis ini tidak ada, film tersebut akan selesai dalam waktu 20 menit saja. Disinilah letak kedangkalan cerita film Outbreak.

Namun terlepas dari itu, sikap Jenderal McClintock yang psikopat justru memberi jalan karakter Kolonel Sam Daniels menjadi lebih bersinar. Dengan gagah berani Kolonel Sam melawan birokrasi, mempertahankan keyakinannya, dan membawa dogma suci kemanusiaan. Dia tidak hanya mengorbankan pekerjaannya, namun juga nyawanya. 

Ya.. Kolonel Sam rela mengorbankan nyawanya dengan bersedia menabrak helikopternya ke pesawat pembawa bom. Wuiih.. Inilah sebuah fantasi liberal tentang perjuangan individu untuk menyalamatkan jutaan manusia dari pembunuhan massal dari seorang Jenderal pemegang kendali gudang senjata.

Tapi sayang itu hanya terjadi di film. Karena pada kenyataannya dalam dunia nyata tidak ada Jenderal psikopat seperti McClintock.

Seperti yang kita ketahui film pada akhirnya berakhir dengan Happy Ending. Wilayah yang terkena dampak penyebaran virus akhirnya bisa disembuhkan setelah Kolonel Sam berhasil mengidentifikasi monyet caphucin sebagai inang virus, dan membawanya ke laboratoruim untuk diambil serumnya. Serum tersebut menyelamatkan ratusan penduduk di Cedar Creek, Amerika.

Film ini akhirnya mengkiritik praktek-praktek militerisme di berbagai negara. Pada saat film ini dirilis yaitu pada tahun 1995, banyak negara yang masih bertahan dengan system pemerintahan militerisme. Hal ini wajar karena liberalisme pada saat itu dianggap sebagai perpanjangan dari neo-kolonialisme, negara-negara yang pernah dijajah seperti Indonesia, memilih untuk dicengkram oleh gaya kepemimpinan otoriter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun