Mohon tunggu...
Budi Priadi
Budi Priadi Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa, cuma hobi mainan keyboard.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Susanti Tidak 'Se-eksis' Ibu Saeni

20 Juli 2016   18:03 Diperbarui: 20 Juli 2016   18:12 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masih jelas di ingatan kita, ramadhan lalu, persoalan Ibu Saeni yang mencuat ke media setelah terjadi penertiban oleh Satpol PP ketika ia berjualan makanan di siang hari di bulan Ramadhan. Banyak yang pro dan kontra. Mengatasnamakan keberagaman dan toleransi, sebagian orang beragumen dengan lantang membela Ibu Saeni. Tidak jarang yang menyayangkan oknum terkait yang menertibkan, pasalnya beberapa media memberitakan ulah oknum yang melakukan penertiban tidak sesuai prosedur. Entah mana yang berlebihan dan mana yang benar, tapi faktanya tak jarang netizen ikutan nyinyir sebagai efek lanjutan informasi yang mereka telan.

Bersamaan dengan mencuatnya kabar tersebut. Penggalangan dana pun terjadi. Entah berapa banyak masyarakat Indonesia yang ikut andil berdonasi untuk Ibu Saeni. Dalam waktu sekajab, donasi hingga ratusan juta terkumpul. Saya secara pribadi bangga dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat yang berdonasi. Sebagai masyarakat yang hidup berdampingan, sudah tentu sikap tolong menolong harus dipegang teguh. Ya … tolong menolong, saya pikir itu adalah langkah gagah yang pernah dilakukan para pejuang kita ketika mengusir penjajah.

Pro dan kontra, mulai dari isu yang gemborkan hingga fakta yang disamarkan, hal tersebut merupakan suatu yang tidak lagi asing bagi kita. Kabar yang menyebutkan (menghindari kata ‘menuduh’) bahwa Ibu Saeni orang kaya pun naik panggung. Kebingungan dan kegeraman lagi-lagi menyelimuti benak sebagian masyarakat. Cuap-cuap sebagian orang mulai memenuhi beranda media sosial. Padahal saat itu berita baru muncul, entah itu hanya isu atau fakta, kita belum tahu. Saya pribadi, saat itu berdiam dan mencoba menyimak berita-berita persoalan lain yang juga (menurut saya) tidak kalah penting. Benar, kan? Bahwa Indonesia bukan hanya soal Ibu Saeni saja. Saat itu masih banyak hal lain yang bisa kita cermati agar kita nikmati sebagai bentuk hak warga yang tinggal di negara merdeka.

Kita lupakan soal Ibu Saeni. Lhoo, kenapa dibahas kalo mau dilupakan?. Sebab judul tulisan saya ini adalah Susanti Tidak Se-eksis Ibu Saeni. Jadi saya juga ingin memperkenalkan siapa itu Susanti.

Oke para pembaca yang dermawan. Susanti atau yang biasa disapa Santi adalah remaja 17 tahun, anak keempat dari Bapak Narta dan Ibu Dariah. Beralamat di Jln. Raya Pesisir, Desa Canti, Kec. Rajabasa, Kalianda, Kab. Lampung selatan. Orantua bekerja sebagai buruh tani upahan. Santi bersekolah di SMK Negeri Unggul Terpadu, Lampung Tengah, namun sayang ia harus berhenti sekolah karena penyakit yang ia derita. Santi mengidap kanker yang menyerang bagian wajahnya sejak awal 2016 lalu, bermula dari flu yang tidak kunjung sembuh selama berminggu-minggu, lama kelamaan membengkak dan kini harus kehilangan sebagian besar wajahnya. Lebih dari 50% wajahnya kini sudah tidak berbentuk lagi, hidung dan pipi sudah rusak. Santi kini dirawat di RSCM Jakarta.

Sekumpulan pemuda Lampung yang menamakan diri mereka sebagai GERAKAN PEDULI sudah lebih dari 1 x 24 jam melakukan penggalangan dana secara resmi di salah satu website terpopuler di Indonesia yang memang difungsikan untuk menggalang dana dan berdonasi secara online, di link kitabisa.com/pedulisanti . Sayangnya hingga tulisan ini saya tulis, donasi yang terkempul di website tersebut adalah Rp. 0.

Saya tidak pandai menganalisa keadaan, tapi yang terjadi sekarang memaksa saya untuk sedikit berpikir, berbicara dan menulis. Menurut saya ada tiga faktor utama kenapa jumlah donasi di campaign penggalangan dana yang kami lakukan di website tersebut masi Rp. 0. Faktor tersebut, sekali lagi menurut saya, adalah:

Media Belum Tahu

Media belum banyak yang tahu soal keadaan Santi. Tidak bisa dipungkiri bahwa media adalah sarana yang sangat berpengaruh untuk membuat masyarakat tahu. Tahu tentang sebuah ilmu, tentang sebuah keadaan politik, hukum, pendidikan, tak terkecuali tahu siapa dan bagaiamana keadaan Santi. Saya dalam pikiran mulai berandai-andai. Andai saja informasi Santi sampai pada masyarakat luas, lebih luas dari sekarang, maka saya yakin akan ada bantuan yang lebih. Sama seperti ketika berita Ibu Saeni mencuat dan menjadi perbincangan luas hingga penggalangan dana menghasilkan ratusan juta dalam waktu yang sangat cepat. Saya percaya, Indonesia banyak orang baik dan dermawan.

Presiden Belum Nyumbang 10 Juta

Saya pernah membaca, bahwa Pak Presiden kita berdonasi sebesar 10 juta untuk Ibu Saeni. Mungkin untuk si Santi, Pak Presiden belum berdonasi.

Susanti Tidak Se-eksis Ibu Saeni

Lagi-lagi saya sampaikan, bahwa saya sangat percaya bahwa di Indonesia ada banyak orang baik, ada banyak orang dermawan. Hanya karena Susanti tidak se-eksis Ibu Saeni, maka hanya sedikit saja yang tahu dan yang tahu mungkin belum sempat berdonasi.

Itulah kenapa tulisan ini terlahir. Tidak bermaksud menghasut agar gagal move on dari segala pro dan kontra persoalan Ibu Saeni. Tidak pula memaksa sahabat-sahabat untuk bersimpati. Tapi hanya ingin mengeluarkan apa yang menjadi kegundahan dalam diri ini. Terimkasih untuk pembaca yang dermawan telah meluangkan waktunya. Semoga hidup kita kian berkah.

Salam Santun

 _ _ _

 Link website penggalangan dana: kitabisa.com/pedulisanti

 *Saat ini santi dibawa oleh salah satu komunitas kepedulian dari Lampung untuk rawat di RSCM. Santi membutuhkan banyak biaya untuk segala pengobatan dan kebutuhan selama di Jakarta. Ayoo … Bantu Santi untuk sembuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun