Menusia yang dilahirkan di dunia ini, tentu tidak bakalan sama dan pasti memiliki karakter masing-masing. Setiap individu dengan identitas masing-masing yang juga tentu memiliki kekurangan dan kelebihannya. Dengan kelebihan yang nampak mungkin tidak sedikit orang lain akan mumujinya, atau apabila kekurangannya yang nampak tidak menutup kemungkinan akan mendapat hujatan dan sindiran, bahkan diskriminasi pun bisa saja terjadi.Â
Begitu pula dengan perilaku dan hobi setiap individu manusia juga akan berbeda-beda. Ada yang suka nonton film, namun ada juga yang hanya suka membaca. Ada yang suka jalan-jalan atau traveling, namun ada juga yang tidak suka karena dianggap hanya buang-buang duit saja.
Begitu juga dengan laki-laki yang tentu tidak semuanya suka atau bisa main bola. Meskipun bola selalu identik dengan olahraga untuk kaum laki-laki, sehingga nampak jelas banyaknya klub sepakbola dan menjadi tontonan olahraga yang paling favorit hingga hari ini. Mulai dari klub sepakbola tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Dan itu semua rata-rata pemainnya didominasi oleh kaum laki-laki.
Namun pikirku, pemain sepakbola yang diperuntukkan hanya untuk kaum laki-laki adalah hasil dari kontruksi sosial saja. Sepakbola selalu dianggap sebagai olahraga wajib bagi manusia yang menganggap dirinya sebagai kaum laki-laki, kecuali jika tidak mengakui dirinya sebagai laki-laki, itu beda lagi ceritanya lah. Nah, argumentasi seperti itu selalu digunakan jika mengajak teman cowok untuk bermain sepakbola.
Alhasil, laki-laki yang tidak suka main bola sering dilontari kata-kata "laki-laki apa cewek sih, kok nda bisa main bola ". Ohh ya, orang yang tidak suka atau tidak bisa main bola belum tentu kelaki-lakiannya berkurang. Kemudian, itu juga tentu tidak bisa disamakan dengan laki-laki yang memang ahli dalam bermain bola. Itu kan keahliannya.Â
Emangnya, tolak ukur laki-laki harus bisa main bola ya, tidak juga kan. Coba deh survey, banyak juga laki-laki yang sudah berumahtangga justru memiliki banyak anak, bahkan cucu sekalipun. Nah, apakah itu tidak bisa dikatakan sebagai laki-laki yang kharismatik atau laki-laki sejati. Kira-kira bagaimana, buktinya saja sudah ada kan, apa lagi coba.
Kalau anggapan laki-laki hanya mereka yang mempunyai tubuh pulgar, nampak seperti tubuh Aderai atau tubuh petinju-petinju dunia, atau bahkan para pemain sepakbola, tentu itu adalah suatu kekeliruan besar. Tubuh manusia hanya bentukan saja dan itu juga bagian dari konstruksi sosial. Kondisi demikian, justru bisa menimbulkan faktor penindasan terhadap laki-laki yang bertubuh kecil dan kurus, begitu pula dengan laki-laki yang tidak suka main bola.
Meskipun, tidak suka olahraga seperti tidak suka sepakbola, tetapi mereka juga adalah laki-laki jika memang jenis kelaminnya adalah laki-laki. Jika jenis kelaminmu adala penis, ya tentu kau adalah laki-laki. Begitu pun jika jenis kelaminmu adalah vagina, maka tentulah engkau perempuan. Bukan malah hobi atau keahlian yang menjadi tolak ukur laki-laki atau pun perempuan. Paham kan sampai disini.Â
Laki-laki yang ahli dalam sepakbola, bisa saja tidak ahli pada bidang yang lain. Kenyataannya ada memang laki-laki yang suka sepakbola, suka volly, catur, travelling, design dan bahkan ada laki-laki yang hanya suka membaca doang. Nah, itu adalah hobi dari setiap individu masing-masing dan jelas mereka juga adalah kaum laki-laki. Jadi, stop deh selalu menganggap kalau kaum laki-laki harus bisa main sepakbola.
Saya salah satu orang yang tidak suka sepakbola, merasa tersinggung kalau kaum laki-laki selalu dituntut untuk bisa main sepakbola. Biarlah tulisan ini menjadi hujatan kalau anggapan kelaki-lakian seseorang yang identik dengan harus bisa main sepakbola, hanyalah pembodohan besar dan dogma yang harus dilawan. Mengapa ini penting, Â karena dogma tersebut bisa saja mengganggu psikologis laki-laki yang memang tidak suka sepakbola.
Oleh karena itu, kaum laki-laki bukan berarti harus bisa atau suka sepakbola. Sepakbola hanyalah sebatas hobi atau karir saja, dan tentu tidak semua laki-laki harus mempunyai hobi yang sama yakni sepakbola. Kira-kira bagaimana repotnya kalau semua laki-laki di dunia ini, hobinya sepakbola dan semuanya main sepakbola. Repot kan, iya kan.Â
Artikel ini juga pernah tayang di Milenialis.Id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H