Saya main hp sambil searching-searching tentang media-media yang bisa menerima tulisan esai ringan untuk dapat diterbitkan, apalagi yang ada honornya, hehehe. Iya, syukur ada beberapa media saya temukan dan saya pun sudah mendaftar/membuat akun sebagai kontributor di media tersebut, meskipun belum ada tulisan yang berhasil saya terbitkan. Â
Tidak lama setelah itu, tiba-tiba ada kabar duka dengan masuknya pesan di whatsapp groupnya "TCSC Majene" dengan bertuliskan "innalillahi wainnalillahi rajiun". Saya pun terkaget dan segera membuka group tersebut dan memastikan siapa sebenarnya yang meninggal. Â
Al-Fatihah, bapak teman karib saya "Symsuriati" telah berpulang ke rahmatullah sekitar jam 05.00 WITA setelah shalat subuh di Wonomulyo. Saya sendiri sementara di Tinambung dan ingin ke rumah duka, dan waktu itu juga saya chat bung Muid untuk menanyakan apakah beliau mau kesana atau tidak. Ehh, ternyata beliau pun akan kesana dan chat saya dibalas bahwa akan berangkat satu jam kemudian setelah ia sudah mandi. Â
Karena masih di Tinambung dan juga bersama orangtua, saya pun harus mengantar dulu pulang lalu setelah itu akan berangkat ke Wono di rumah duka. Akhirnya, saya dan juga bapak bisa kembali pulang dan saat tiba di rumah di Nipa, saya hanya sempat makan sedikit dan mandi juga, lalu kemudian berangkat kembali untuk melanjutkan perjalanan ke rumah duka di Wonomulyo. Â
Ke Rumah Duka di Wonomulyo
Sekitar pukul 10.00 Wita, saya berangkat dari rumah ke Wono. Tetapi, sebelumnya sudah janjian akan sama-sama berangkat bung Muid menuju ke rumah duka.
Karena saya agak lambat, akhirnya bung Muid duluan dan kami pun ketemunya di pasar Mapilli. Lalu setelah itu, perjalanan kami lanjutkan dan tiba di rumah duka saat mau memasuki waktu zdhuhur dan jenazahnya juga sudah mau dishalatkan. Â
Saya bersama dengan teman-teman TCSC bertemu di tempat tersebut, dan beberapa dari kami ikut shalat mayyit di Masjid. Â
Rasa sedih terlihat jelas di muka saudari Syamsuriati atau biasa dipanggil Iin. Dan saya pun termasuk teman-teman yang lain belum sempat komunikasi langsung sebelum almarhum bapaknya di kebumikan. Maklumlah terlihat sedih mengingat Iin telah ditinggal bapaknya, padahal detik-detik terakhir hidupnya, almarhum tidak ada yang melihat menghembuskan nafas terakhirnya. Â
Iin sendiri sementara di Majene. Menurut cerita dari Iin, bahwa saat almarhum menghembuskan nafas terakhirnya, beliau sementara duduk di kursi berada di depan teras rumah. Saat itu ketika almarhum selesai shalat subuh, maka beliau pun duduk di depan teras seperti kebiasaan sebelumnya.
Istrinya atau ibu Iin, dikiranya duduk saja sambil istrihat. Tetapi, karena lama tidak gerak dan berbicara, akhirnya ibu Iin pun memanggilnya "hei, ada apa. Jangan bercanda deh ". Akhirnya, ibu Iin pun mendekati dan ia mulai pegang lalu tiba-tiba langsung terjatuh dan ternyata sudah pergi meninggalkan keluarga untuk selamanya di dunia ini. Â