Ku termenung pada belenggu kenyataan, Â dalam hemburan perbedaan yang tidak merasakan kedamaian dan ketenangan.
Ku memulai pada diriku melihat kenyataan, entah mataku yang buram melihat rumah pancasila dalam keadaan sedang diobok-obok oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
Mereka hanya bisa tertawa, Â sementara rakyat yang menjadi korban.
Semangat pancasila kini hanya menjadi pajangan, Â walaupun cita-cita revolusi belum usai.
Entah bagaimana kesedihan para pejuang pendahulu bangsa ini, Â melihat anak cucunya yang mabuk dalam arus zaman dan saling bertengkar satu sama lain.
Ku buka lembaran-lembaran murnihnya cita-cita bangsa ini, tetapi pancarannya hilang ditelan bumi.
Apakah kerinduanku untuk kedamaian masih ada?
Apakah ada generasi berani menggali cita-cita bangsa yang ditelan bumi?
Apakah rinduku ini bukan hanya impian disiang hari?
Biarlah waktu yang menjawabnya!
Karena Indonesiaku, tempat aku mengarungi kehidupan di negeri yang kara raya ini. Â
Biarlah rinduku ini, terkubur dalam bayangan bersama keindahanmu Indonesiaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H