Mohon tunggu...
Budi Prathama
Budi Prathama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuliah di Universitas Sulawesi Barat. Hobi nulis lepas sambil minum kopi. Ngobrol di IG @budi.prathama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pintar Saat Sekolah, Tidak Mesti Pintar Saat Kuliah, No Debat!

1 Maret 2021   10:55 Diperbarui: 5 Maret 2021   13:50 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang pintar adalah sebutan bagi mereka yang sering diistimewakan oleh orang lain, memiliki nilai tersendiri dibanding dengan orang lain. Dengan adanya kepintaran pada diri seseorang, jelas dapat memberikan pengaruh besar dalam perkembangan hidupnya. Mengapa,  karena ketika kita pintar maka pengetahuan akan mudah dicernah untuk kemudian tersimpan di dalam memori otak.

Saat kita pintar tentu banyak orang-orang yang mendekat, dari kepintaran itu sehingga dapat membantu orang-orang dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain teman-teman akan mendekat, guru-guru pun akan memudahkan akrab dengannya dan juga bisa dibanggakan nantinya yang ujung-ujungnya dapat diistimewakan dengan murid-murid yang lain.

Dalam siklus kehidupan kita, kepintaran semestinya adalah hak untuk semua manusia. Setiap manusia berhak untuk pintar tanpa memandang dari mana dan seperti apa asal-usulnya. Ibaratnya kepintaran juga dapat berputar dan akan menerangi bagi mereka yang serius mau menjadi pintar.

Hidup tidak selamanya berjalan dengan mulus, kadangkala dibawah dan kadangkala pula diatas, begitu pun dengan masalah kepintaran. Biasanya mereka yang dulu dianggap sangat brutal atau kepintaran sangat jauh dengannya, tidak menutut kemungkinan rasa kepintaran akan mendekatinya suatu saat nanti. Ibarat benci jadi cintalah. Begitulah kiranya.

Dalam analisis pribadi saya, kepintaran itu tidak mampu kita prediksi kepada siapa ia dapat bersahabat. Berangkat dari pengalaman saya ketika berada di bangku sekolah, saya banyak memperhatikan bagaimana perilaku dan perbuatan teman-teman saya. Dari berbagai karakter saya pun temui, mulai dari yang sering bolos sampai mereka yang sangat rajin masuk sekolah. Bahkan dalam catatan keterlambatan tidak akan ditemukan namanya.

Sehingga yang terjadi, ada pembagian kelompok sebagai teman bergaul dan teman kerja tugas. Seperti tidak jarang dijumpai kumpulan orang-orang pintar dan kumpulan orang-orang yang yang sering bolos. Kondisi ini pulalah terkadang ada sikap guru menilai mereka yang jarang datang ke sekolah dianggap murid bodoh, yang ujung-ujungnya dapat berakibat fatal karena bisa saja tidak lulus dalam ujiannya nanti.

Dan hebatnya mereka-mereka yang malas datang sekolah kadang pula dijumpai biasa mabuk-mabukan dan tindakannya dapat membantah sang guru. Intinya label yang ia sandang hanyalah murid yang tidak mengetahui sesuatu pun termasuk pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah. Sedangkan, untuk mereka yang memang pintar maka akan mematuhi segala perintah guru, aktif mengerjakan tugas-tugas dan rajin untuk terus datang ke sekolah dalam keadaan apapun.  

Tetapi, kondisi seperti itu tidaklah selamanya akan begitu-begitu terus. Dulu, pada saat saya masuk di Perguruan Tinggi atau istilah lainnya sudah menyandang status sebagai mahasiswa, justru perubahan secara drastis banyak saya jumpai. Banyak kejadian, mereka-mereka yang dulunya sangat brutal waktu di sekolah namun setelah ia kuliah justru dapat menjadi mahasiswa yang sangat dikagumi, disenangi teman-temannya dan dapat meraih prestasi-prestasi yang gemilang.

Orang yang tidak diduga-duga sebelumnya, justru dapat membuat keajabain yang luar biasa. Hal ini banyak terjadi pada teman-teman saya, mereka yang dulunya sangat brutal ketika waktu masih sekolah, namun setelah menjadi mahasiswa justru sudah menjadi pimpinan organisasi hebat, baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

Ada juga yang dulu sangat pintar ketika sekolah, namun setelah ia menjadi mahasiswa, justru hanya menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja. Menjadi mahasiswa tidak layaknya seperti apa kebiasaan sebelumnya ketika masih sekolah. Banyak juga dari mereka sangat tidak ingin ikut berorganisasi apalagi kalau sampai diajak turun demo, mustahil rasanya. Walaupun tidak semuanya juga begitu ya. Heheheh.

Artinya perubahan itu dapat terjadi secara 180 hingga 360 derajat. Karakter pendiam ketika sekolah dapat berubah secara drastis pada saat kuliah menjadi orang doyan untuk terus berbicara. Saya secara pribadi juga mengalami banyak perubahan, sehingga klaim teman-teman semasa sekolah bahwa saya tidak seperti dulu lagi. Dulu pendiam, namun sekarang banyak omong. Dulu sangat doyan pelajaran matematika, namun setelah kuliah justru masuk dalam daftar kategori pelajaran yang sangat saya benci.

Sehingga tidak banyak dari teman-teman saya, sering mengatakan bahwa saya sangat jauh berbeda ketika masih sekolah dulu. Tapi saya hanya mengatakan bahwa masa itu berjalan terus, dan setiap orang pasti mempunyai masanya masing-masing.

Orang yang nakal pada saat kuliah, justru mampu menjawab atas persepsi-persepsi sempit. Bahkan kebanyakan mereka-mereka yang nakal pada saat di sekolah, malah menjadi pimpinan organisasi hebat pada saat di kampus. Lebih baik nakal memang dari awal, daripada nakal setalah tua nanti, karena jangan sampai nakal di masa tua justru itu sangatlah memalukan. Iya kan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun