Mohon tunggu...
Budyana
Budyana Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Sepanjang Hayat

Hoby: Calistung Kepribadian : introvert Konten favorite:politik sosial ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

10 November

10 November 2024   10:14 Diperbarui: 12 November 2024   15:15 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dispuspa Jawa Timur

Selintas tidak ada yang salah atau kurang, ketika generasi yang lebih muda mempunyai pemahaman bahwa setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, segalanya berlangsung baik-baik saja, everything is okey.

Apalagi jika membaca penggalan tek proklamasi yang berbunyi 'pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilakukan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.'

Pemahaman demikian dapat timbul dari pelaksanaan peringatan hari pahlawan setiap tanggal 10 November yang berlangsung lebih singkat walaupun khidmt dibandingkan peringatan hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus.

Peringatan hari kemerdekaan berlangsung satu bulan yang melibatkan semua elemen Masyarakat, dan menyajikan berbagai atraksi, milai dari hiburan hingga perlombaan, serta perlombaan yang bernuansa hiburan.

Peringatan hari pahlawan biasanya berlangsung dalam satu hari, terdiri dari upacara bendera dilanjutkan tabur bunga ke Taman Makam Pahlawan oleh para pejabat pemerintahan, yang menyertakan pemuda dan pelajar secara perwakilan.  

Pemahaman Sejarah

Dampak peringan Hari Pahlawan yang berlangsung lebih singkat, walaupun khidmat,  generasi muda kurang menghargai atau tidak mengenal dengan baik peringatan Hari Pahlawan, sehingga kurang pemahamannya terhadap sejarah,  semangat nasionalisme bisa luntur, minimnya teladan pahlawan, melemahnya identitas kebangsaan. 

Akibat kurangnya pemahaman sejarah, generasi muda mungkin tidak sepenuhnya memahami pentingnya pengorbanan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan. Ini bisa mengurangi rasa hormat terhadap perjuangan masa lalu.

Sementara teladan pahlawan yang minim, kurang dalam memberikan kesempatan untuk mengenalkan generasi muda pada figur-figur pahlawan yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Belanda, Jepang dan PD II

Perjuangan kemerdekaan Indonesia berkair dengan momentum perang dunia kedua (PD II). Dalam PD II Belanda tergabung dalam blok Sekutu (The Allies),  sementara Jepang dibawah Kaisar Hirohita berada di blok Poros (the Axis), bermitra dengan Jerman di bawah rezim Nazi Adolf Hitler, dan Italia dibawah dictator Benito Musolini. Blok sekutu: Inggris,  Amerika Serikat, Uni Soviet dan Tiongkok.

PD II bermula pada tanggal 1 September 1939, menginvasi Polandia. Melalui model  Blitzkrieg (serangan cepat dan tajam) dan berhasil menguasai Prancis. Dilanjutkan ke  Belanda dan Belgi, terus ke Denmark dan Norwegia, berlanjut ke Uni Soviet Rusia. Jerman juga menguasai negara-negara di Balkan seperti Yugoslavia dan Yunani pada tahun 1941-1942.  

Pada tanggal 10 Mei 1940 Jerman melakukan invasi ke Belanda. Dan dalam lima hari, Belanda takluk. Maka pada tanggal 13 Mei 1940, Ratu Wilhelmina dan pemerintah Belanda mengungsi di London dan membentuk pemerintahan di pengasingan. Pemerintaha ini berlangsung hingga PD II berakhir.

Pada tanggal 8 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda (Indonesia)  melakukan  penyerahan kekuasaan dilakukan secara resmi kepada bala tentara Jepang di Kalijati Subang.

Pada tanggal 7 Desember 1941 secara mendadak Jepang menyerang  Pangkalan AL Amerika di Pearl Harbour. Namun, segera dibalas dalam Pertempuran Midway pada tanggal 4 s.d. 7 Juni 1942 dan pertempuran Laut Guadalkanal pada tanggal 12 s.d. 15 November 1942 bala tentara Jepang dikalahkan.

Pada 7 Mei 1945 Jerman menyerah kalah kepada Sekutu. Penyerahan terjadi setelah Adolf Hitler bunuh diri  dan serangan masif oleh Tenta Uni Soviet. Dan pada 2 Mei 1945 Italia juga menyerah kalah.  

Tanggal 6 Agustus 1945, Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima, berikutnya di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Bom-bom ini menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu (the Allies) tanggal 15 Agustus 1945.

Upacara penyerahan secara resmi dilakukan di atas geladak kapal perang USS Missouri yang bersandar di Teluk Tokyo, tanggal 2 September 1945.

Pada pertempuran November 1945 atau battle of Surabaya sulit dilepaskan dari ketokohan Bung Tomo. Bung Tomo selama pendudukan Jepang bekerja untuk Dmei Tsushin, badan berita resmi Jepang. Ia juga mendirikan Radio Pemberontakan yang mempromosikan semangat persatuan dan perjuangan di kalangan pemuda Indonesia.

Setelah Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, Bung Tomo berperan penting dalam memobilisasi rakyat Surabaya untuk melawan NICA yang berusaha kembali menguasai Indonesia. Melalui Radio Pemberontakan, Bung Tomo menyiarkan berita bahwa kemerdekaan telah diproklamasikan.

Bung Tomo memimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dan memainkan peran kunci dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. Ia berhasil memobilisasi dan menginspirasi pejuang, melalui pidato-pidato di radio, yang selalu menyertakan slogan Merdeka atau Mati.

Setelah perang, Bung Tomo terus berperan dalam pemerintahan dan menjadi Menteri Negara untuk Urusan Pahlawan Perang Indonesia pada tahun 1955-1956.

Namun, semasa rezim Orde Baru tepatnya pada 11 April 1978, Bung Tomo dituduh subversi dan ditahan tanpa diadili. Tuduhannya menghasut mahasiswa dan berusaha menjatuhkan pemerintah.

Sejatinya kritik Bung Tomo terhadap kebijakan pemerintah yang cenderung elitis dan kurang pro rakyat, juga korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Misalnya, kritik disampaikan sekarang tidak akan kena pasal pidana.

Pertempuran di Surabaya

Dalam persepsi para pemuda Indonesia kekalahan Jepang dalam PD II berarti Indonesia bebas dari penjajahan, Namun, dalam persepsi Belanda, adanya kekalahan Jepang berarti Indonesia kembali ketangannya.

Proklamasi Kemerdekaan RI dibacakan 17 Aguatus 1945, memanfaatkan momentum Jepang menyatakan kalah perang Tanggal 15 Agustus 1945, maka terjadi masa vacuum kekuasaan.

Namun, kemerdekaan Indonesia tidak diakui Belanda. Sebagai usaha menjajah kembali Indonesia, Belanda memerintahkan Netherlands Indies Civil Administration (NICA), membonceng tentara Sekutu yang datang ke Indonesia.

Pasukan Inggris mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak Tanggal 25 Oktober 1945. Tujuannya melucuti senjata tentara Jepang dan menyelamatkan para tawanan sekutu.

Kehadiran tentara Inggris, beserta NICA, dan tentara Jepang, serta laskar perlawanan rakyat yang telah berhasil merebut senjata tentara Jepang menjadikan suasana runyam di Surabaya. Dimana pejuang kemerdekaan harus berhadapan dengan tentara Inggris, Jepang dan Belanda.  

Pada 30 Oktober 1945 akhirnya terjadi beberapa insiden. Brigadier Mallaby, komandan pasukan Britania, tewas dalam baku tembak. Atas insiden ini Inggris mengeluarkan ultimatum kepada laskar perlawanan rakyat Surabaya, untuk menyerahkan diri kehadapan pasukan Inggris. 

Ultimatum tersebut bagi arek Surabaya dianggap penghinaan terhadap jiwa merdeka, maka ultimatum diabaikan. Dibawah pimpinan Bung Tomo, arek-arek laskar di Surabaya bertempur.

Medan perang yang sangat brutal selama hampir tiga minggu di Kota Surabaya. Akibatnya infrastruktur kota Surabaya hancur, dan banyak warga sipil menjadi korban. Sekitar 20.000 rakyat Surabaya menjadi korban, sementara 1.600 tentara Inggris tewas, hilang, atau terluka.

Meskipun akhirnya Surabaya jatuh ke tangan Sekutu, semangat perlawanan rakyat Surabaya menginspirasi seluruh rakyat Indonesia untuk terus berjuang mempertahankan kemerdekaan.

  • Hikmah

Menyikapi heroism peristiwa 10 November 1945, dengan mengingat pesan leluhur: mikul duwur mendhem jero. Terjemahan bebasnya: mengangkat setinggi-tingginya amal kebaikannya, dan mengubur sedalam-dalamnya aib celanya.

Atas terjadinya penanganan secara kurang professional atau wrong doing dengan mendakwa sebagai pelaku subversi kepada Bung Tomo, disampaikan sebesar-besarnya permohonan maaf.

Sebagai penghormatan kepada para pahlawah pada pertempuran Surabaya, telah ditetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, yang ditandatangai oleh Presiden Soekarno.

Penghargaan kepada Bung Tomo yang wafat pada 7 Oktober 1981, telah dianugrahkan  Pahlawan Nasional. Gelar Pahlawan Nasional diberikan pada tanggal 10 November 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun