“Thanks God It’s Friday”, begitu orang-orang suka mengatakannya. Meskipun saya bukan fans “I Hate Monday”, saya juga menyukai Jumat. Apalagi Jumat-pagi-tanggal-satu-mendung-tanpa-rinai-hujan. Terdengar sangat seksi, hehehe….Entah kenapa orang-orang menyukai Jumat. Karena harinya pendek?? Gak juga, emang 24 jam jadi 12 jam gitu, korting??? Umur saya cepet tua donk kalo gitu. Karena saya bisa cepat pulang kantor ?? lebih gak mungkin, kecuali kalo kabur (dan biasanya sih gitu hehe).
Alasan bagi saya sih hanya… karena BESOKNYA LIBUR!! …
so simple bin gak penting dibahas hehehe…
Oh ya, inget Jumat jadi inget film horor barat jadul yang berjudul “Friday The 13th”. Kalo orang sono menganggap Jumat tanggal 13 itu serem, jelas masih kalah sama Indonesia.
Malam-Jumat-Kliwon-satu-suro-tanggal-tigabelas….
Pocong, Kuntilanank, Suster Ngesot, Genderuwo, dan teman-teman sepersetanannya sepertinya main hom pim pah di malam ini…hehehe
Intro tentang Jumat yang terlalu panjang...
@@@
Di Jumat pagi yang mendung ini (ini baru benerrrrr), saya menyadari, ternyata timbal balik antara sebuah tulisan dengan komentar para kompasioner berkaitan sangat erat. Seperti Romeo dengan Juliet. Seperti lem dengan perangko. Seperti upil dan bawah meja…upsss..
Salah satu komentar dari seorang nyukamer kompasiana bernama mbak Erita J. Sibuea, membuat saya memposting tulisan ini. Komentarnya yang pertama pada “Jadul dalam Ingatan – edisi musik 1" bisa disimak (sengaja saya potong, biar tak kepanjangan)
Ada lagi yang aku inget… tempat nyetel piringan hitam merknya Grundig. Paling lucu kalo muter piringan hitam yang produksi lokal. Ada syair lagu ‘Biarlah kutanggung derita ini….’ bisa jadi begini: ‘Biarlah kutang…, kutang,… kutang…’ terus disusul bunyi ‘ngiek, ngiek, nggruuuk….’ Lha, wong alur di piringan hitamnya sudah putus-putus gitu! Jarumnya pun loncat-loncat!
Dan juga komentarnya di “The Corrs, Keluarga Musisi “Komplet” dari Irlandia” :
Untung banget sekarang kita bisa rekam lagu si Andrea itu pake USB ya. Kalo masih pake piringan hitam yang jadul itu, dan terjadi kesalahpahaman, eh, kesalahan teknis, kan lagunya bisa jadi gini:
“What can I do to,… do to…., do…. to” Dan di kuping Melayu-ku ini kan kedengerannya jadi: “ndut tu… ndut tu…, ndut tu…”
Buat Mbak Erita, salam manis buat piringan hitam Grundig-nya ya…semoga sekarang gak berubah warna jadi abu-abu karena pudar saking lama-nya hehe…
@@@
Lagu yang diulang-ulang mengingatkan saya pada memori jaman SMP. Guru pelajaran musik saya mengajarkan berbagai lagu daerah agar bisa dinyanyikan dengan suara 1 dan suara 2. Lagu daerah Batak berjudul “Nasonang Do Hita Nadua”, membuat teman-teman saya frustasi, entah karena teksnya yang susah dilafalkan oleh logat Jawa yang medok, entah karena pembagian suaranya yang gak imbang.
Nasonang do hita nauda
Saleleng au rap dohot ho
Nang rodi nasari matua
Sai tong ingoton hu do ho
Suatu saat kala mengajar, Bapak Guru ini ijin keluar sebentar kepada murid-muridnya (yang jelas bukan untuk mengangkat hape, karena jaman itu belum ada). Temen-teman pun sontak melampiaskan rasa frustasinya dengan mengetuk-ngetuk meja sambil mempelesetkannya ke lagu dangdut :
Nasonang dut nasonang…
Nasonang dut nasonang…
Untung kata dut bukan keluar dari dalam celana hehe…
Buat anda yang bermarga Batak, no offense ya, ampunilah teman-teman saya yang gokil….hehehe…
@@@
Ingat Mirasantika?? Lagu hits dari raja dangdut idola sepanjang masa, Bang Haji Rhoma, bila yang sudah hapal luar kepala, pasti ingat kalimat ajaib ini :
Sekarang tak-tak-tak-tak
‘Ku tak mau tak mau tak-tak-tak-tak-tak
‘Ku tak mau tak mau tak (‘ku tak mau tak)
Sekarang tak-tak-tak-tak
‘Ku tak sudi tak sudi tak-tak-tak-tak-tak
‘Ku tak sudi tak sudi tak (‘ku tak sudi tak)
Sewaktu kos di jaman kuliah, kita-kita penghuni kos perempuan ini pernah taruhan siapa yang paling benar menyebutkan kata-kata “tak-tak” itu secara tepat sesuai lagu, maka dialah pemenangnya. Dan tentu saja anda bisa menebak siapa jawaranya hahahahahahahahaha *ketawa jumawa
@@@
Anggur merah yang slalu memabukkan diriku kuanggap
Belum seberapa .... Dahsyatnya
Bila dibandingkan dengan senyumanmu membuat aku
Jatuh bangun
Lagu yang membahana dari almarhum Bang Meggi Z. ini jarang yang tahu bahwa judulnya “Senyum Membawa Luka” dan bukannya “anggur merah” (ajegile apal). Lirik ini pasti tak akan terlewatkan :
Sungguh teganya dirimu teganya teganya teganya teganya....(dan seterusnya)
Bagian kata “teganya..teganya..” itu diulang sampai suaranya melirih hilang sendiri. Jangan hitung berapa banyaknya.Tak terbayang bila bagian itu disetel di piringan hitam mbak Erita…. Bang Toyib yang tenar dengan tiga-kali-puasa-tiga-kali-lebaran-tak-pulang-pulang aja mungkin sampai beneran pulang kata “teganya..teganya..” bisa jadi belum juga kelar hehehe…
Budina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H