Mohon tunggu...
Dina Sulistyaningtias
Dina Sulistyaningtias Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mom of two, Roker KRL Bogor-Jakarta, blogwalker, oknum @KoplakYoBand bergelar bu kepsek (tanpa nomor punggung 1)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Parkiran Motor di Stasiun: Valet Parking Tradisional

10 Mei 2011   02:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:53 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang komuter yang tinggal di Bogor dan bekerja di Jakarta, setiap harinya saya menggunakan jasa KRL (kereta listrik). Untuk jarak tempuh hampir 100 km pulang-pergi, moda transportasi yang satu ini saya pilih dengan alasan cepat, menampung banyak penumpang, ramah lingkungan dan (tentu saja) murah. Untuk feeder ke stasiun, saya menggunakan sarana paling efektif untuk perjalanan jarak pendek, yaitu sepeda motor. Dipermudahnya proses kredit sepeda motor, semakin menambah jumlah penggunanya, dan berakibat semakin menjamurnya tempat usaha penitipan motor di stasiun.

[caption id="attachment_108384" align="aligncenter" width="640" caption="Parkiran motor (http://flickr.com)"][/caption]

Bisnis menggiurkan

Anda punya lahan di dekat stasiun? Apabila ya, buatlah usaha penitipan sepeda motor. Tak perlu lahan yang sangat luas, ukuran rumah tipe 21 pun jadilah. Di stasiun kecil bernama Cilebut, satu stasiun menuju arah Bogor, terdapat lahan parkiran dengan luas kurang dari 1.000 m2. Setiap harinya sekitar 700 sepeda motor yang dititipkan disana. Dengan biaya parkir motor perhari-nya Rp 2.000 dapat dihitung sendiri keuntungan yang masuk. Jumlah motor yang saya sebut diatas belum termasuk hitungan jumlah motor yang menginap. Untuk motor yang diambil keesokan harinya, biaya per malamnya adalah Rp 5.000. Sungguh sebuah bisnis yang sangat menggiurkan. Tak heran di stasiun itu pula, sebuah mini market kemudian disulap menjadi tempat parkiran motor. Terbukti usaha penitipan ini lebih menjanjikan daripada toko kelontong.

Sistem Kepercayaan

Kepercayaan, adalah modal utama usaha penitipan motor ini. Beberapa usaha penitipan seperti ini bahkan tak memberlakukan sistem karcis atau tiket. Sesampai di parkiran, pemilik sepeda motor tinggal mengambil kunci motor (bahkan ada yang ditinggal disitu juga, disatukan dengan kunci motor lain dalam satu wadah), tanpa mengunci setang, dan motor bisa diletakkan seenaknya. Petugas penitipan akan mengatur posisi motor sesuai kehendak pelanggan sebelumnya. “Mas, nanti tolong atur jangan terlalu ke dalam ya, saya pulang siang”, begitu misalnya pesan mereka.

Saat pulang, meski banyak pelanggan yang mengambil sendiri kendaraannya, tak sedikit pula yang minta tolong diambilkan oleh petugas. Konsepnya hampir sama dengan Valet Parking, hanya saja kunci bisa dipegang oleh pemiliknya. Dari sini pula, silaturahmi antara petugas parkir dan pelanggannya terjalin. Tak jarang, pelanggan memberi tip sebagai ucapan terima kasih, begitu juga dengan uang “angpao” saat hari besar.

Tak Mengenal Hari Libur

Hari libur panjang seperti lebaran, justru menjadi peluang bisnis bagi pihak pengelola usaha penitipan motor.Resiko kehilangan kendaraan saat rumah ditinggalkan penghuninya pasti menjadi pertimbangan terbesar bagi para pemudik. Dengan tarif harian yang mungkin sedikit lebih besar dari hari biasa, solusi yang cerdas adalah menitipkan motor pada tempat parkir langganan. Pengalaman dari teman saya, saat mudik lebaran seperti ini, ada beberapa penitipan motor yang bersedia dititipkan barang elektronik seperti televisi dan kulkas.

Daya Ingat Luar Biasa

Ada satu hal yang membuat saya kagum pada kemampuan para petugas parkir di penitipan tersebut. Satu contoh, di tempat langganan saya, ada sekitar 7 orang yang bertugas di situ. Masing-masing bergiliran tugas pagi dan malam setiap beberapa hari sekali. Setiap orang dari mereka mampu menghapal secara otodidak perincian jenis motor sekaligus wajah sang pemilik. Luar biasa, mengingat 700 motor sekaligus pemiliknya tentunya bukan perkara yang mudah.

Kekurangan

Untuk memaksimalkan penggunaan lahan, posisi motor biasanya diletakkan satu sama lain saling berhimpitan. Bahasa hiperbolis-nya, tak dibiarkan bersisa jarak barang satu senti pun. Lecet di bodymotor, “resiko ditanggung penumpang”. Sebuah kemungkinan yang harus dipertimbangkan secara matang bagi mereka yang memakai motor baru, motor mahal atau motor gede.

Resiko kehilangan? Pastinya ada. Hanya saja, selama hampir 6 tahun menjadi pelanggan, belum pernah saya dengar info kehilangan motor. Semoga bukan karena kasusnya ditutupi. Hehe…

@@@

Kehidupan kaum urban, yang tak mampu memiliki rumah di kota besar, dan karenanya tergusur ke pinggiran, ternyata mewakili porsi terbesar pekerja negeri ini. Keberadaan usaha penitipan sepeda motor di stasiun dan terminal, juga merupakan sebuah keniscayaan dari aktifitas keseharian mereka. Sebuah usaha yang melibatkan uang dalam jumlah yang tak sedikit, ternyata mampu menyentuh sisi tradisional dan humanis khas masyarakat Indonesia yang tak bisa “tergilas” oleh metode perparkiran kota besar dengan segala modernitasnya.

-Budina-

Keterangan :

**Komuter (berasal dari bahasa Inggris Commuter; dalam bahasa Indonesia juga disebut penglaju atau penglajo) adalah seseorang yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan kembali ke kota tempat tinggalnya setiap hari, biasanya dari tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat bekerjanya (sumber : Wikipedia)

**Feeder = sarana penghubung

**Valet Parking atau Parkir Valet adalah kegiatan untuk memarkirkan kendaraan oleh petugas valet, sehingga tidak perlu lagi untuk pemilik kendaraan mencari tempat parkir yang luang tetapi sudah dilakukan oleh petugas valet parkir (sumber : Wikipedia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun