There is always the second time for everything. Ada perasaan deg-degan, gelisah basah dan resah setelah lama tak menulis. Memang benar kata pepatah
“Semua akan indah kalau ada duitnya”
Lanjut. Kemaren ini di twitter lagi rame membahas masalah #selfie yang masuk kategori abu-abu karena dianggap oleh salah satu ustad ternama dianggap ujub, takabur, riya. Silakan cari sendiri di Google, jangan males karena males pangkal bolot.
[caption id="attachment_365644" align="aligncenter" width="300" caption="pic from http://hellogiggles.com/"][/caption]
Selfie secara harafiah seringkali diartikan sebagai aktivitas memotret diri sendiri atau narsisme. jika ditelusuri lebih dalam pengertian ‘Selfie’ menurut referensi pustakawan Britania adalah “sebuah pengambilan foto diri sendiri melalui smartphone atau webcam yang kemudian diungguh ke situs web media sosial.”
Bahasa saya keren ya. Iya lah lha wong gugling. Makanya jangan males gugling biar gak bolot *diulang lagi*. Kata #selfie ini sejak tahun 2013 sudah masuk kamus Oxford, karena seringnya kata dipakai. Kata siapa? Kata mbah Gugel lah, makanya rajin browsing biar gak…….
*disambit botol*.
Sebelumnya, mana kenal saya dengan yang namanya #selfie. Menurut kamus khazanah perdangdutan saya, #selfie itu hanya satu, temen duetnya Bang Haji sang idola sepanjang masa, yaitu SELFIE SUKAESIH.
@@@
Saya nulis #selfie ini sebenernya karena gemeus. Alasannya seperti tersebutlah di bawah ini:
-Reaksi suami
Pertama kali saya ber-selfie-ria, saat pertama kali memakai hijab. Ceritanya mau pamer poto sama suami dari kantor. Karena kamera depan saya gelap, akhirnya memakai kamera belakang, yang mana usahanya gagal melulu karena pose gak pernah pas. Dari dulu saya memang tidak photogenic apalagi #selfiegenic. Karena prinsip saya memang satu, “foto tak akan seindah warna aslinya”
Setelah berjuang sampai titik darah per#selfie-an, akhirnya didapatkan foto yang (menurut saya) oke. Send. Kirim ke suami. Lama juga menunggu reaksinya. Setelah hampir 1 jam ada balasan juga. 1 kata yaitu “CIYEE…”
*sayup2 terdengar suara jangkrik”
-HP Mahal
Melihat banyak teman yang ber#selfie, saya berpikir, pasti kamera depannya bagus. Belum lagi aplikasi poto nya. Kesimpulannya, hape nya pasti mahal *kemudian nunduk*.
-Ngarep dipuji
Ini mungkin ada hubungannya sama yang dibahas sang ustad. Banyak yang majang foto kemudian ngarep di-Subhanallah-i banget #eh. *suudzon aja loe Din*. Bagi saya itu mubazir. Apalah arti sejuta orang memuji kalau hanya di-ciyee-in suami doang *pilu*
-Selfie bareng public figure
Sebenci-benci kalian sama pejabat atau artis, kalo ketemu pasti minta selfie juga. Ngaku!
-Mandiri
#Selfie-ers itu orangnya mandiri loh. Gak pernah minta tolong orang. Jamannya belum ada tongsis dan hanya ada kamera belakang, kriteria yg dbutuhkan untuk ber#selfie adalah tangan yang panjang. Dan itu tak ada pada saya.
Saya tak pernah #selfie jadi saya tidak mandiri dong? Oh tentu tidak. Tanpa repot ber#selfie saya sudah terbiasa dkejar-kejar potografer *abaikan*
Trus kesimpulannya? Udah jangan dibahas, yuk #selfie an lagi *dikeplak*
--BKK--
Artikel ini tidak didukung #selfie oleh @KoplakYoBand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H