Mohon tunggu...
BUDIMAN ALRUS
BUDIMAN ALRUS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Apa yang bisa saya kerjakan, akan saya kerjakan

Akal sehat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Baju Lusuh

8 Oktober 2022   21:54 Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:57 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumentasi pribadi Budiman alrus

Dibalik baju nya yang lusuh, ada keinginan yang begitu besar, dibalik sandalnya yang bolong, ada harap yang diperjuangkan. Ia tidak pernah menceritakan, ia tidak pernah mengutarakan apa yang dirasakan. Setiap tetesan keringat, rasa lelah, rasa letih, semua itu seakan tiada artinya dibandingkan dengan harapan yang begitu besar untuk masa depan si buah hati..
Kira-kira siapa dia? Iya, benar.

Sedikit cerita..
Beberapa waktu lalu, aku lihat seorang pria tua dengan kemeja lusuh dan celana hitam dengan karung disamping nya duduk diteras tangga masjid disebuah kampus seperti kebingunggan, ia menoleh kekanan dan kekiri seperti mencari seseorang ditengah keramaian orang tua para mahasiswa yang datang dalam acara wisuda anak-anak mereka pada saat itu.

Ingin rasanya kusapa, tetapi saat itu bilal sudah mengumandangkan adzan, akupun mengurungkan niatku dan langsung bergegas bersiap melasanakan sholat berjama'ah. Singkat cerita, setelah selesai sholat tanpa kusadari aku berjalan beriringan dengan pria tua yang tadi kulihat diteras masjid. Kemudian kulihat dia seperti buru-buru berjalan keluar arah kawasan masjid dengan gelagat seperti yang kuceritakan diawal tadi, mencari seseorang.
Tak berselang lama, pria tua tadipun kembali lagi duduk diteras masjid dengan wajah yang keliahatan agak kelelahan,karena faktor usia juga..
Kali ini aku mencoba mendekati dan bertanya kepada pria tua ini..
"Bapak dari mana?"
"Saya dari Su*****n, saya kesini untuk menghadiri acara wisuda anak saya" katanya dengan wajah yang agak murung.
"Bapak kesini naik apa?"
"Jalan kaki" mendengar jawabannya seketika akupun kaget, karena jarak yang ditempuh si bapak dari rumahnya kekampus bukanlah dekat.
Kemudian aku bertanya lagi..
"Trus anak bapak kemana? Saya lihat dari tadi bapak seperti kebingunggan dan seperti mencari-cari seseorang !"
"Saya mencari anak saya, karena dari tadi saya tidak melihat dia, dia pergi duluan kesini, saya sebelum kesini tadi, saya kerja dulu." Katanya sambil menunjukkan karung yang ia bawa yang berisikan botol-botol plastik bekas.

Pada saat itu, ingin menetes rasanya air mata ini melihat begitu besarnya perjuangan seorang ayah untuk anaknya. Hujan panas ia hadang demi masa depan yang cemerlang untuk si buah hati..
Hitam kulitnya karena panas, bahkan berdarah kakinya berjalan puluhan kilo ia tak memperdulikan itu, seakan rasa lelah, rasa sakit itu hilang terobati dengan anaknya bisa terus bersekolah dan melanjutkan pendidikan demi tercapainya cita-cita sang buah hati..
Terkadang kita sebagai anak tidak menyadari itu, sangat amat besar pengorbanan dan perjuangan orang tua kita, kita hanya sibuk dengan kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi setiap hari, kita hanya sibuk dengan gaya hidup, kita hanya sibuk mengikuti trend-trend zaman yang tak ada habis-habisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun