Saya sering banget diprotes oleh teman-teman di luar Jakarta dan di luar Pulau Jawa. Mereka bilang ingin sekali belajar penulisan dari saya tapi kondisi finansialnya gak memungkinkan untuk membayar yang menurut mereka sangat mahal. Belum lagi harus membayar ongkos transportasi ke Jakarta.
Karena terlalu banyak yang curhat seperti itu, saya memutuskan untuk membuat pelatihan di Group WA untuk mereka. Dengan cara ini mereka gak perlu datang ke Jakarta. Mereka cukup mantengin group WA saat sharing dilakukan.
Sebenernya saya mau ngasih gratis untuk sharing tersebut tapi management saya bilang, sebaiknya jangan gratis. Secara psikologis, orang akan menganggap sesuatu yang gartis itu tidak berharga. Orang cenderung akan menganggap enteng sesuatu yang gratis. Masukan yang bagus. Akhirnya disepakati semua peserta boleh berpartisipasi dengan membayar seikhlasnya.
Ternyata cara ini membuahkan banyak cerita. Ada peserta yang rela membayar Rp 2,8 juta untuk mengikuti sharing tersebut. Sayangnya orang tersebut cuma bayar doang. Setiap kali sharing dia gak pernah bertanya, gak pernah kirim message. Pernah juga saya japri tapi dia gak membalas. Pokoknya dia hilang tanpa terlihat eksistensinya.
Sebaliknya ada calon peserta dari kota kecil di Jawa Tengah yang langsung nge-WA saya. Entah dapat nomor saya dari mana.
Katanya, "Om Bud, saya mau ikut sharing Om Bud yang di WA."
"Ya, silakan." kata saya.
"Tapi saya cuma bisa bayar Rp 100 ribu, gapapa?" tanyanya lagi dengan nada polos.
"Boleh, dong. Kan saya udah bilang bayar seikhlasnya. Bayar Rp 1000 juga boleh yang penting ikhlas," sahut saya.
"Wah, kalo bayar Rp 1000 mah sayanya yang kebangetan." tulisnya membuat saya terharu.
"Iya Ibu, santai aja. Daftar gih secepatnya." kata saya lagi.
"Rencana saya sih begini, Om Bud. Saya punya target bayar Rp 300 ribu. Saya ngangsur Rp 100 ribu dulu. Kalo pakan burung saya laku, saya akan nyicil lagi Rp 100 ribu lalu kalo laku lagi, saya lunasin Rp 100 ribu lagi."
"Aduh Ibu. Gak usah gitu. Bayar berapa aja. Jangan sampe memberatkan." Hati saya makin gak enak mendengar omongannya
Lama Ibu itu gak menyahut. Dan saya pun sibuk mengurus pekerjaan saya dan melupakan ibu tersebut. Sekitar 1 jam kemudian, ibu itu nge-WA lagi.
"Om Bud. Pokoknya saya harus ikut sharing Om Bud. Saya butuh banget buat mendongkrak sales dagangan saya." katanya.
Saya bingung harus nyaut apa tapi saya semakin respek sama Ibu ini.
"Saya akan transfer secepatnta sejumlah Rp 100 ribu. Yang Rp 200 ribu lagi saya akan kirim berupa pakan burung yang harganya setara dengan Rp 200 ribu. Om Bud tolog kirim alamatnya ke saya."
Aduh, ibu ini bener-bener luar biasa. Dia kepingin belajar tapi dia juga punya pride dan merasa gak pantes untuk tidak membayar. Sejenak saya tenggelam dalam kebengongan. Sampai akhirnya WA Ibu itu dateng lagi.
"Gimana, Om Bud? Setuju gak? Om Bud punya burung kan?"
Hahahahahaha....pernah gak kalian tertawa dan menangis di saat yang sama? Saya juga belom pernah dan ini baru pertama kalinya terjadi, Saya ketawa ngakak dengan berurai airmata gara-gara WA ibu tersebut.
God bless you, Ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H