Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi dan Sepeda

10 April 2019   23:36 Diperbarui: 11 April 2019   00:02 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalo kita perhatiin, sepertinya Jokowi cukup terobsesi pada sepeda. Mungkin di masa kecil, sepeda adalah kendaraan yang selalu dia gunakan sehari-hari. Saya rasa ada banyak cerita seputar sepeda di kehidupan presiden kita ini. Kok saya bisa kepikiran begitu?

Sebulan setelah dilantik jadi presiden, tepatnya tanggal 29 November 2014, Jokowi membagi-bagikan hadiah sepeda kepada warga di acara peringatan Hari Menanam Nasional, di Desa Tempursari, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Setelah itu, setiap kali mengadakan pertemuan dengan rakyat, acara quiz dengan hadiah sepeda menjadi acara rutin. Bahkan di istana pun, acara bagi-bagi sepeda dilakukan.

Di berbagai spot seperti di Bandara Cengkareng dan Denpasar, kita bisa menemukan selfie spot dengan Jokowi sedang mengendarai sepeda. Lucunya kita bisa berpose seakan-akan kita sedang digonceng oleh Sang Presiden.

Keren banget, ya? Presiden mana di dunia ini yang kepikiran bikin strategi kayak gini. Mendekatkan diri pada rakyatnya dan diviralkan oleh semua orang. Sebuah brand building yang impactnya hebat dengan budget sangat hemat.

Di closing statement debat pilpres kemaren, lagi-lagi presiden kita ini menyinggung soal sepeda. Saat itu Jokowi berkata, "Pak Prabowo, saya senang naik sepeda. Dan sering rantainya putus. Tapi percayalah Pak Prabowo, rantai persahabatan saya dan Pak Prabowo tidak akan putus."

Pada bagian ini, saya agak bingung. Kenapa Pakde menggunakan analogi sepeda untuk menggambarkan hubungannya dengan Prabowo? Sebetulnya apa yang ingin dikatakan oleh Jokowi? Kita tau mantan walikota Solo ini suka banget menggunakan simbol-simbol. Sebagai orang yang hobby mengutak-ngatik kata, saya tertantang untuk membedahnya.

Ketika dua orang membangun sebuah hubungan maka hubungan itu haruslah equal. Misalnya kita bisa menggunakan sendok-garpu atau simbol sepasang sepatu. Intinya, ada faktor simbiosis mutualism antara keduanya. Lah? Ini kok sepeda?

Sepeda dan pengendaranya adalah hubungan yang tidak seimbang. Jadi saat Jokowi mengatakan rantai persahabatan kita tidak akan pernah putus, saya menerka dia hendak menyampaikan pesan bahwa Prabowo tidak lebih hanya sepeda yang akan dia kendarai.

Pakde akan menaiki sepeda itu dan dia yang akan menentukan apakah sepeda itu akan berjalan lurus, ke kiri atau ke kanan. Jokowilah yang memegang kendali sepenuhnya. Bukan sepedanya.

Pesan ini agak sulit ditangkap karena Pakde mengatakannya dengan suara lembut dan penuh persahabatan. Prabowo malahan terharu dan membalas pesan persahabatan Jokowi dengan mengatakan bahwa dia juga sahabat Jokowi, sahabat Ibu Mega, sahabat Ibu Yenny dll.

Tapi ini cuma analisa saya doang, sih. Bisa bener, bisa juga ngawur. Hehehehe...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun