"Ya 'elah! Kan urusan itu udah selesai? Sekarang malah gue yang jadi gak enak nih, Pik."
"Tenang aja, Om Bud. Gue melakukannya bukan buat kantor aja kok. Tapi juga untuk anak-anak kreatif supaya bisa menambah ilmunya."
Saya merasa respek sama anak ini.
"Dengan membeli buku-buku itu, beban gue juga sedikit banyak teratasi. Perasaan gue lebih lega dan bekerja di sini juga lebih nyaman."
Semakin terharu saya mendengar ucapannya, "Baiklah kalo begitu. Tapi udah, ya? Jangan beli apa-apa lagi buat kantor."
"Eh, gak bisa," tukas anak itu lagi, "Setiap kali gue punya duit lebih, gue akan terus beli buku-buku kreatif untuk anak-anak kantor. Gue akan terus beli sampe jumlahnya tepat Rp 300 juta sesuai dengan kerugian yang ditanggung MACS909."
Percaya gak? Saya ampir nangis ngedenger omongan anak ini. Sebagai orang yang pernah memiliki banyak sekali bawahan, berapa kali kita menemukan seorang staff dengan attitude seperti itu? Mencari orang yang pintar itu banyak tapi mencari orang yang pintar sekaligus dengan good attitude? Percaya deh kata saya, susahnya bukan main.
Setelah hampir 12 tahun bekerja di MACS909 akhirnya Shafiq memutuskan untuk mencari pengalaman di kantor lain. Dia mengembara ke beberapa perusahaan seperti Fortune, Dentsu dan sempat juga membangun perusahaan periklanan sendiri sampai akhirnya bernaung di Hakuhodo sampai sekarang.
Kurang lebih sudah 10 tahun dia meninggalkan MACS900. Shafiq Muljantoboleh pergi ke mana saja tapi persahabatan kami tetap terjaga bahkan ketiadaan pagar antara atasan dan bawahan justru membuat hubungan kami bertambah erat. Persahabatan pribadi malahan berkembang menjadi persahabatan keluarga.
Thanks for the friendship, Pik. Semoga elo semakin sukses dan terus menjadi inspirasi bagi praktisi-praktisi periklanan muda. Selamat idul fitri dan maaf lahir batin. God Bless you!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H