Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Buku Memakai Mulut

23 Januari 2018   13:17 Diperbarui: 23 Januari 2018   15:59 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tau gak, Bud? Gue lama-lama keteror sama tulisan lo," kata Pak Danu, temen saya seorang tokoh marketing senior.

"Tulisan gue yang mana, Jek?" tanya saya keheranan.

"Itu loh, yang lo tulis berulang-ulang 'Sebelum mati buatlah minimal satu buku'."

"Emang kenapa?"

"Gara-gara tulisan lo itu rasanya gue punya utang dan jadi takut mati sebelum sempet nulis satu buku," katanya lagi lalu menambahkan, "Resek lo!"

"Hahahahaha...."Saya ngakak ngedenger teror saya ternyata berhasil dengan baik.

Saat itu kami berdua lagi ngopi bareng di Filosopi Kopi di bilangan Blok M. Pak Danu adalah seorang staff marketing di sebuah perusahaan multinasional. Saya sendiri juga heran kenapa Pak Danu yang jauh lebih senior dari saya ini tiba-tiba ngajak ngopi padahal kami gak gitu akrab dan jarang ketemuan, kalo ketemu cuma pas lagi gathering orang-orang marketing doang.

"Jadi gue ngajak ketemuan mau minta bimbingan lo gimana cara bkin buku, Bud. Soalnya gue tuh gak bisa nulis," katanya lagi lalu melanjutkan, "Kalo ngomong mah gue jago."

"Bagus, dong?" tukas saya.

"Orang kalo dengerin gue presentasi pada nyimak dengan takzim."

"Oh, kalo gitu, lo nulis bukunya pake mulut aja," kata saya mengusulkan.

"Heh? Udah gila lo, Bud. Nulis pake tangan aja gue gak bisa apalagi pake mulut? Lo kira gue Pak Tepong apa?"

Saya mengambil Smarphone Pak Danu yang berada di atas meja. HP itu mereknya Samsung tipe S7. Sambil membuka aplikasi S-Note, saya berkata, "Liat nih, Jek. Di tuts HP lo kan ada mike. Nah, lo buka aplikasi S-Note kemudian ngomong aja di situ."

"Oh? Direkam maksud lo?"

"Bukan direkam tapi omongan lo akan langsung tertulis secara otomatis di S-Note itu. Kalo udah selesai ngomong, lo tinggal ngebetulin dikit kesalahan spelling atau tata bahasanya. Gampang, kan?"

"Gue belom ngerti, Bud. Bisa lo demonstrasiin gak?"

Dengan sabar saya menerangkan bagaimana membuka S Note, mengaktifkan mike yang tutsnya tepat berada di sebelah tombol 'SEND' lalu saya ngomong seenaknya. Setelah selesai, saya perlihatkan tulisan yang tertulis hasil omongan saya tadi (Bisa dilihat di foto).

Pak Danu langsung bengong. Matanya melotot ke arah screen seakan sedang ngeliat foto cewek bugil yang bodynya bohay. Dia menatap tulisan tadi dengan paras blo'on.

"Wuiiiih...canggih banget?" katanya terpesona.

"Coba sekarang lo yang ngomong," kata saya, "Pencet lagi gambar mikenya sampe berubah jadi merah, baru ngomong."

Dengan gerakan ragu-ragu Pak Danu mencoba berbicara. Awalnya tersedat-sendat tapi seperti yang dia katakan sebelumnya, dia memang jagonya ngomong. Perlahan tapi pasti dia berbicara dengan lancar bahkan sekarang dia berbicara dengan serius pake gaya segala seolah-olah sedang pidato di atas podium.

Saya tersenyum sendiri ngeliat kelakuan orang tua ini. Saya biarkan dia dengan kegiatannya dan untuk membunuh waktu, saya memesan kopi lagi dan dua macam snacks.

Rupanya Pak Danu seneng banget sama mainan barunya. Dia terus berbicara dengan nada serius lalu memeriksa hasil tulisan yang dia peroleh kemudian pencet mike lagi, ngomong lagi, ngecek tulisan lagi, pencet mike lagi, ngoceh lagi, begitu seterusnya. Dia sampe lupa sama orang yang dia ajak ngopi yang duduk tepat di hadapannya.

"Wah keren banget nih, Bud!." Akhirnya selesai juga dia dengan mainannya, "Kalo pake ini mah gue bisa bikin satu buku cukup dalam satu minggu," katanya.

"Memang bikin buku itu gampang, kok. Cuma orang yang belom pernah nyoba aja yang selalu merasa itu susah."

"Btw, mike ini bisa berfungsi juga di Whatsapp?"

"Bisa di Whatsapp, bisa di email, bisa di Line, bisa di Telegaram, pokoknya semuanya bisa."

"Widiiiii...! Berarti gue gak perlu ngetik apapun, dong? Mantab nih, Bud. Thanks, ya!" kata Pak Danu.

"Gue kan udah bilang, lo bisa nulis buku pake mulut," sahut saya tersenyum.

Gak lama kemudian acara ngopi selesai. Kami berpisah di tempat parkir menuju mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan ke arah mobilnya, saya ngeliat Pak Danu mengeluarkan HP-nya dan mulai mengoceh lagi. Hehehehe....

ps: Buat yang mau nyoba, silakan pelajari gambar di bawah ini. Selamat menulis buku dengan mulut. Good luck.

s-note-1-5a66d367caf7db620a236142.jpg
s-note-1-5a66d367caf7db620a236142.jpg
s-note-2-5a66d2f3dd0fa8227a1496b4.jpg
s-note-2-5a66d2f3dd0fa8227a1496b4.jpg
s-note-3-5a66d3d15e13730c1a00e313.jpg
s-note-3-5a66d3d15e13730c1a00e313.jpg


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun