Pernah kan kalian ngedenger orang ngomong, "Jangan tunggu kaya lalu baru berderma. Berdermalah dulu maka in shaa Allah kita akan menjadi kaya."
Ada lagi yang ngomong, "Jangan menunggu bahagia lalu baru tersenyum. Tersenyumlah maka kebahagiaan akan datang padamu."
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat motivasi dengan format kalimat seperti di atas sehingga saya curiga bahwa formulasi kalimat tersebut adalah rahasia kehidupan. Kenapa demikian? Karena sepanjang pengalaman menulis, saya juga menemukan rahasia cara menulis tanpa ide. Dan setelah saya coba tuliskan rahasianya, ternyata formulasinya persis sama dengan formulasi kalimat di atas. Bunyinya begini,
"Jangan menunggu ide datang lalu baru menulis. Menulislah dulu maka ide akan datang padamu."
Ajaib, ya? Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa menulis kalo belom ada ide? Padahal yang paling sering kita denger adalah 'Gue sih mau nulis tapi belom ada ide nih.' Nah, itu keliru. Ide itu gak boleh ditunggu. Ide itu harus dipancing. Cara mancingnya gimana?
Tuliskan semua yang kita tangkap melalui pancaindera. Lalu gabungkan semua benda tadi menjadi satu kesatuan dalam beberapa kalimat. Dengan menuliskan apa yang dirasakan oleh pancaindera, tulisan tersebut akan menjadi pemicu supaya ide datang.
Seorang sahabat saya, Asep Herna, pernah memperaktekkan metode ini. Asep memandang ke sekeliling kamar lalu menuliskan benda-benda yang ada di sekitarnya. Benda tersebut adalah:
1. PRINTER
2. KERTAS
3. DINDING
4. AC
5. JAM
6. LAPTOP
Setelah itu, Asep mulai mengetik, menyusun kalimat yang menghubungkan semua benda tadi. Dan beginilah hasilnya:
"PRINTER warna hitam di depanku menungguiku kaku, ditemani KERTAS-KERTAS kosong yang berserakan di sekitarnya. Aku lihat DINDING tampak pucat, barangkali kedinginan karena berjam-jam disembur AC yang begitu angkuh. JAM menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi layar LAPTOPKU masih juga kosong. Dan hingga detik ini, tak satupun ide bergairah menghampiri. "
Coba perhatikan. Asep mengaku belum punya ide untuk menulis tapi telah memiliki sebuah tulisan yang sangat bagus. Itu pun Asep baru memanfaatkan indera penglihatan. Kita masih mempunyai indera penciuman, pendengaran, pengecapan dan peraba.
Semua yang ditangkap panca indera berpotensi untuk membuat tulisan pemancing ide. Misalnya kentongan satpam komplek yang sedang memukul tiang listrik, bau Indomie yang sedang dimasak oleh teman kos-kosan, rasa kopi yang ternyata sudah kadaluwarsa, rasa jijik ketika seekor kecoak berjalan di atas kaki kita dan masih banyak lagi.
Apa yang dilakukan Asep Herna di atas tentunya dapat dilakukan oleh kita semua. Jadi biasakan menulis dulu tanpa perlu menunggu ide datang. Cara menulis seperti itu untuk memancing ide kemudian ketika ide sudah terjaring barulah kita kemas menjadi tulisan yang menarik.
By the way, liburan natal dan tahun baru telah tiba. Buat yang pergi ke luar kota, coba maksimalkan kepekaan pancaindera kalian selama liburan nanti. Pastinya jauh lebih mudah karena kita telah berpindah tempat dari keberadaan kita sehari-hari. Semua kejadian yang menggugah emosi, silakan dicatat. Tidak perlu berupa tulisan panjang, cukup berupa sebuah note kecil sebagai pengingat. Sepulang liburan, kalian pastinya punya banyak bahan untuk ditulis.
Selamat liburan dan selamat menulis. Ingat-ingat ya, sebelum mati buatlah minimal satu buku. Hehehehe....
Follow my twitter @budiman_hakim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H