Mengingat waktu yang terlalu sedikit, tanpa membuang waktu, saya langsung ngomong ke semua peserta, "Kalian semua pernah liat Stand Up comedy, kan?"
"Pernah," Terdengar suara koor kompak banget.
"OK, sekarang semuanya silakan menulis materi stand up comedy. Harus ngarang sendiri, loh! Gak boleh menulis materi atau joke yang udah ada," kata saya lagi.
Untungnya para perserta sangat kooperatif dan woles-woles aja. Dengan bersemangat dan tanpa bertanya, mereka langsung menulis materi yang saya minta.
Setelah selesai, satu-persatu saya suruh mereka membawakan materinya. Dan tau gak? Hampir semuanya ternyata berbakat dalam mencari ide sekaligus jadi pelawak. Luar biasa! Setengah harian itu, kelas kami pecah dan ketawa gak berenti-berenti. Suasana sangat hidup dan menyenangkan banget.
Setiap seorang peserta selesai membawakan materinya, saya ngasih masukan bagaimana membuat opening yang ice breaking, tentang artikulasi, gesture, eye contact, intonasi, kapan harus pelan dan kapan harus lambat, mimik, penguasaan ruang, blocking, closing dengan punchline dan lain-lain yang berhubungan dengan rules of presentation yang saya kuasai. Saya jelaskan mana yang sudah bagus dan mana yang harus diperbaiki.
Setelah semuanya selesai, barulah saya kasih komen soal materi yang mereka bawakan dan dilanjutkan dengan kesimpulan, "Guys, dengan memanfaatkan metode stand up comedy, sebenernya kita sudah belajar dua hal sekaligus, yaitu nyari ide dan presentasi."
"Oooooooohhh...." Suara peserta lebih kompak dari sebelumnya. Rupanya mereka baru menyadari apa yang sedang saya lakukan buat mereka.
"Kalo stand up comedy, objectivenya cuma 1, yaitu membuat orang ketawa. Dan itu udah kita lakukan barusan."
Peserta mendengarkan dengan takzim.
"Tapi orang kreatif seperti kita harus memahami bahwa ide yang kita harus gali adalah bagaimana menggugah emosi. Bikin orang ketawa cuma salah satu di antaranya."