Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Stop Nonton Acara "Talkshow" Politik!

7 Desember 2017   23:11 Diperbarui: 8 Desember 2017   14:22 4324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu bangun pagi, Bondan langsung mengambil HPnya lalu membuka twitter. Tweet paling atas diposting oleh temannya dan berbunyi, "BETEEEEEE!!!!!!"

Dan tau gak apa yang terjadi? Seharian itu, dari pagi sampe malem, Bondan moodnya menjadi jelek. Perasaannya gak tenang dan bawaannya mau marah aja sama orang. Sepanjang jalan menyetir mobil ke kantor, dia ngebut dan mengklakson mobil-mobl lain yang dia rasa terlalu lambat atau menghalangi laju kendaraannya. Dia ngomel ketika lampu merah terasa terlalu lama. Dia ngamuk pada anak buahnya di kantor yang dianggap gak becus bekerja.

Kenapa bisa begitu?

Menurut kawan saya, Asep Herna, otak manusia itu seperti mesin pencari Google. Kata 'BETEEEE!!!' yang dia baca dipagi hari langsung membuat otaknya bekerja dan mencari seluruh kata yang berhubungan dengan kata BETEEE!!!!! di atas. Dan ditemukanlah sejumlah kata sejenis yang maknanya sangat berhubungan dengan kata itu.

Berapa persisnya jumlah kata yang ditemukan? Nah, ini yang perlu diketahui dengan baik. Banyak orang yang mengganggap otak kita seperti komputer, dan itu salah. Yang bener adalah komputer itu yang seperti otak kita. Dan kemampuan komputer masih gak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehebatan otak kita. Jadi sangat mungkin kata sejenis yang diperoleh oleh mesin pencari di otak kita jumlahnya ribuan atau bahkan jutaan. 

Itulah jawaban kenapa Bondan seharian moodnya jelek, hanya gara-gara 1 kata yang berenerji negetif. Satu kata namun mampu menggali jutaan kata negatif lainnya lalu menyerang batin kita. Bukan cuma tulisan orang lain. tulisan kita sendiri pun jikalau berenerji negatif juga mampu menyerang kita sendiri. Begitu kata Asep Herna. Kawan saya ini seorang Hypnoterapis sekaligus teman diskusi saya sehari-hari. Jadi saya sangat mempercayai omongannya.

Itu baru satu kata. Kenyataannya sehari-hari, kita membaca banyak kalimat-kalimat negatif di sosial media. Status-status teman di FB, tweet-tweet fitnah di Twitter, meme hinaan dan berita hoax di berbagai media. Kalo 1 kata saja pengaruhnya bisa seperti itu, bagaimana kalo banyak banget kata yang mampu menggali semua kata negatif lainnya? Pastinya kita bisa stress dan dpresi. Gara-gara enerji negatif itu, kita berpotensi terserang berbagai penyakit stroke, darah tinggi, diabetes dll yang bukan berasa dari fisik tapi dari psikis yang biasa disebut dengan psikosomatis.

Belum lagi kalo kita nonton acara-acara talkshow tentang politik. Ada banyak sekali enerji negatif yang kita terima dari omongan para politisi. Saya kok merasa ada krisis keteladanan pada politisi kita. Sering kan kita ngeliat cara bicara para politisi yang ngomong marah-marah, teriak-teriak bahkan sampe ada yang nyiram air ke nara sumber lainnya. Ada juga yang sampe ngajak berantem lawan debatnya. Terlepas dari itu settingan atau bukan, saya tetep merasa enerji negatifnya gede banget.

Sejak diskusi dengan sahabat saya itu, saya mulai mencoba nulis tentang yang baik-baik saja. Kalo pun belom bisa menulis tentang kebaikan, saya berusaha menulis hal-hal yang netral aja yang gak berpotensi diserang oleh para haters. 

Saya mau hidup tenang jadi saya gak mau menerima risiko jadi moody. Saya memilih untuk bahagia jadi sebisa mungkin, saya menghindari stress dan depresi. Saya pun mulai mengurangi membaca status-status teman yang kesehariannya ngomel dan marah-marah melulu. Tulisan-tulisan radikal yang sering muncul di timeline, orangnya saya block. Maaf ya....

Nonton televisi, saya pilih acara yang memberikan ketenangan seperti ceramahnya Imam Besar Istiqlal Nasaruddin Umar, di Metro TV, atau acara yang inspiratif seperti Program Kick Andy. Atau yang bikin ketawa kayak kuis WIB-nya Cak Lontong. Talkshow seperti acara Rosy, ILC dan yang sejenisnya saya hindari. Kalo bingung harus nonton apa, ya udah chanel TV saya pantengin aja nonton HBO.

Jadi teman-teman, kalo kita mau hidup tenang, mulailah membuat status-status yang baik, kocak, inspiratif dan sifatnya netral. Jangan mengorbankan kebahagiaan untuk berdebat dengan seseorang yang kita gak kenal. Hidup terlalu singkat untuk diisi kegiatan-kegiatan gak produkti seperti itu. Orang bijak sering berkata, "You are not what you say. You are what you do." Setuju gak? Kalo setuju, mendingan kita berkarya aja, yuk?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun