Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Iwan Esjepe, Patriot Dari Industri Periklanan

23 November 2017   00:41 Diperbarui: 23 November 2017   10:20 4491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gue dukung 100%, Kamerad Iwan!" kata saya sambil mengangsurkan tangan mengajak Toss.

TOSS! Sebuah kesepakatan pun terjadi.

Dan lomba iklan Indonesia Bertindak pun segera dilaksanakan. Dengan cepat saya dan Iwan mengumpulkan teman-teman yang peduli untuk menjadi panitia dan dewan juri. Khusus dewan juri saya pimpin sendiri sehingga susunan dewan juri adalah ketua juri: Budiman Hakim. Anggota juri terdiri atas: Kepra, Amrie Z Noor, Stephen Ng, Daniel Rembeth, Djito Kasilo, Triawan Munaf dan tentu saja Iwan Esjepe sendiri.

Juri Lomba Iklan Indonesia Bertindak. Iwan yang berkepala botak. Yang lainnya adalah Djito Kasilo, Amrie Noor, Kepra, Stephan Ng dan Triawan Munaf. Koleksi Pribadi.
Juri Lomba Iklan Indonesia Bertindak. Iwan yang berkepala botak. Yang lainnya adalah Djito Kasilo, Amrie Noor, Kepra, Stephan Ng dan Triawan Munaf. Koleksi Pribadi.
Peristiwa itu terjadi tahun 2008 sudah hampir 10 tahun yang lalu tapi sepak terjang perjuangan Iwan Esjepe tidak pernah berhenti. Pesan-pesannya dituliskan dalam berbagai merchandise seperti kaos, stiker, poster dan tote bag. Pesannya sederhana tapi sarat makna. Kadang disampaikan dengan jenaka kadang dituliskan dengan cara yang menyentuh.

Banyak sudah pesan-pesan yang dikirimkan Iwan pada negeri ini. Hampir semua dibuat berdasarkan momentum apa yang terjadi saat itu. Misalnya saat Drama Pilkada Jakarta 2017 berakhir, Iwan menulis "Yang udah ya udah". Melihat perpecahan yag terjadi pada sesama rakyat, Iwan menulis, "Lebar seringai serigala melihat domba saling membenci".

Perang nyinyir di sosial media membuat kawan saya ini berteriak, "Ada kala kata harus disimpan dalam hati saja".

Ketika nyinyir semakin menggila dan keributan semakin membahana, Iwan berpesan, "100 Soekarno tak akan mampu mengubah negeri ini jika kerjamu ribut melulu".

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Masih banyak lagi pesan yang disampaikan oleh sahabat saya ini. Misalnya, "Tuhan tidak pergi, kita yang sering meninggalkannya".

Salah satu pesan yang membuat saya trenyuh adalah yang berbunyi "Kesabaran tidak boleh habis". Nampaknya pesan ini selain disampaikan untuk orang lain juga ditujukan untuk dirinya sendiri. Mungkin Iwan sempat juga sampai ke titik di mana dia sudah lumayan letih. Pesan ini semoga bisa menggerakkan temen-temen lain untuk membantu perjuangan Iwan. Teriakan 1000 orang tentu terdengar jauh lebih lantang dibandingkan teriakan satu orang.

Terima kasih Iwan Esjepe. Saya bahagia sekali karena telah diingatkan bahwa kita perlu perduli pada apa yang terjadi di sekitar kita. Terima kasih telah mengajarkan bahwa kita tidak bisa menunggu pemerintah untuk mengerjakan segalanya. Kita sebagai warga negara perlu bertindak untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik.

Sukses terus, Wan! MERDEKA!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun