Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adu Pengaruh Antar Teman

9 Oktober 2017   23:24 Diperbarui: 10 Oktober 2017   14:49 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalo bersahabat, kita jadi mirip kayak kakak adik

Kalo kalian kebetulan sedang berada di sebuah cafe atau resto, coba perhatikan tamu yang ada di sekeliling tempat itu. Temukanlah dua orang yang sedang berbicara dalam 1 meja. Misalnya kalian menemukan dua orang yang sedang minum kopi dan dua-duanya merokok, dua-duanya menggunakan bahasa verbal dan dua-duanya menggunakan bahasa tubuh.

Nah, di sini menariknya. Coba perhatikan tingkah laku keduanya; kita akan melihat bahwa kalo salah satu menghirup kopinya, tiba-tiba temannya ikut mengambil cangkir dan meminum kopinya juga. Kalo yang satu nyalain rokok, yang lain ikut nyalain rokok juga, padahal baru saja dia menghabiskan sebatang rokok. Kalo yang lain membuang abu rokok ke asbak, yang lain ikut-ikutan membuang abu juga, padahal dia baru saja membuang abu rokok beberapa detik sebelumnya. Artinya belum ada abu di batang rokoknya kan? Hehehehehehe kenapa bisa begitu, ya?

Yang terjadi adalah sebagai berikut. Ketika dua orang sedang berinteraksi, sebenernya terjadilah saling pengaruh-mempengaruhi di antara mereka. Adu pengaruh itu akan terus terjadi selama kontak masih berlangsung di antara mereka. Jadi dengan siapapun kita bertemu, maka adu pengaruh pasti tidak akan terelakkan. Orang yang pribadinya kurang kuat, bisa sangat terpengaruh pada lawannya. Begitu hebatnya rasa terpengaruh itu sampai-sampai bisa membuat mereka jadi sukar mengontrol dirinya sendiri. Inilah cikal bakal yang namanya penyakit latah.

Ketika dua orang memutuskan untuk berteman, maka hasil perang pengaruh itu akan tercermin dalam hubungan mereka. Jarang sekali hubungan dua orang bisa seimbang, walaupun sebagai sahabat sekalipun. Hampir selalu yang satu lebih dominan daripada yang lainnya. Bobot dominasi itu tentunya berbeda pada tiap-tiap hubungan.

Akan tetapi keadaan tersebut bisa diseimbangkan bila terjadi pengertian antara keduanya. Keseimbangan dapat terbentuk apabila ada rasa nyaman dan saling membutuhkan hadir di antara mereka. Rasa nyaman akan membuat mereka ingin memelihara hubungan itu. Apalagi bila masing-masing mempunyai sesuatu yang membuat satu sama lain saling tergantung. Di jaman saya masih sekolah sangat sering saya melihat pasangan seperti itu.

Saya jadi ingat sepasang sahabat di kelas saya. Sularto dan Michael, namanya. saya gak gitu akrab sih dengan mereka. Michael, anak seorang pejabat yang kaya raya. Sementara Sularto datang dari keluarga yang sangat miskin namun dianugerahi otak yang sangat encer sehingga pintarnya bukan main. Berlawanan dengan Sularto, Michael adalah anak terbodoh di kelas. Gak tau bebal apa malas tapi emang di mata anak-anak lain Michael  dianggap tololnya setengah mati.

Si Tolol selalu mentraktir Sularto setiap kali jajan di kantin sekolah. Bukan hanya itu, Michael juga membelikan segala kebutuhan sahabatnya, seperti tas, buku, uang sekolah bahkan pernah dia dibelikan sepeda mini merek Senator. Merk yang sangat populer di jaman kami kecil dulu. Saya sempet sirik juga, karena udah lama pengen punya sepeda mini kayak gitu. 

Sebagai ganjarannya, Sularto selalu membimbing temannya dalam hal pelajaran. Kalo ada PR dari sekolah, Sularto selalu membuat rangkap dua. Satu untuk dia sendiri dan satu lagi untuk Michael. Cuma emang dasar otak udang, Michael tidak pernah bertambah pinter, sehingga Sularto selalu memberi contekan sewaktu ulangan. Hubungan mereka inilah yang sering orang menyebutnya dengan simbiosis mutualisme yang membuat hubungan mereka jadi seimbang.

Berbagai akibat bisa terjadi dalam sebuah hubungan. Pernah kan kita denger, dua orang jadi tampak sama satu sama lain ketika mereka bersahabat? Mereka berdua udah kayak kakak adik aja. Padahal, saling pengaruh di antara mereka itulah yang membuat mereka jadi tampak sama. Keakraban yang terjadi membuat mereka punya selera yang sama. Selera musiknya sama, filmnya sama, buku bacaannya sama, makanannya sama dan lain-lain. Bahkan model rambut, pakaian dan cara bergeraknya pun ikut-ikutan jadi mirip. Ya, mereka bukan kakak adik. Saling pengaruh itulah yang membuat mereka jadi mirip satu sama lain.

Dalam kasus tertentu, bisa pula terjadi hubungan yang sangat tidak seimbang alias timpang. Artinya yang satu lebih berfungsi sebagai budak sementara yang lainnya berperan sebagai majikan. Si Budak akan disuruh-suruh, dibentak-bentak bahkan dalam kasus tertentu bisa sampai dipukul. Hal ini bisa terjadi karena yang satu tidak mempunyai modal dalam menyeimbangkan hubungan. Dia kalah pengaruh secara total sehingga menjadi sangat tergantung abis-abisan sama yang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun