Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kreativitas dalam Berbagai Permainan

24 September 2017   17:18 Diperbarui: 25 September 2017   00:14 2790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Selanjutnya berbagai gambar buah ditempelkan di papan tulis. Tugas tiap kelompok adalah membunyikan angklung setiap buah kita ditunjuk oleh penggaris Ibu Nana. Tiap kelompok mendapatkan angklung dengan ukuran yang berbeda-beda. Ada yang besar, sedang dan kecil.

Rupanya tiap-tiap buah mewakili masing-masing nada. Wah senangnya semua murid. Kami langsung bisa membawakan lagu-lagu yang terkenal di jaman itu, seperti "Irdam kawanku Irdam", "Ruri adalah Abangku" dan macam-macam lagi.

Saya juga sangat menikmati situasi itu akan tetapi saya tidak pernah membunyikan angklung saya. Tidak masalah kan? Toh dua teman kelompok saya sudah membunyikannya. Jadi lagu tetap berlangsung dengan utuh. Sayangnya Ibu Nana ternyata melihat kelakuan saya.

"Budi, kenapa angklung tidak kamu bunyikan?" Tiba-tiba Ibu Nana bertanya.

"Ga apa-apa Bu. Kan teman saya sudah membunyikannya." sahut saya.

"Iya, Ibu lihat itu. Tapi Ibu mau tau kenapa kamu tidak membunyikan angklung kamu?" Ibu Nana mendesak.

"Maap Bu. Kelompok saya kebagian buah duren. Padahal saya ga suka duren." Saya memang ga pernah suka duren. Jangankan makan, mencium baunya aja saya udah ga tahan. Bisa mabok kalo kelamaan deket-deket sama duren.

"Bunyikan saja angklungmu. Itu cuma gambar kertas kok. " kata Bu Nana tegas.

"Tapi Bu, saya bisa muntah mencium baunya saja. Saya ga suka duren, Bu."

Ibu Nana tersenyum manis sekali. Beliau berjongkok dan memeluk saya sambil berkata lirih, "Ibu tidak akan memindahkan kamu ke kelompok lain. Teima saja apa yang kamu dapatkan."

"Kenapa Bu?" tanya saya hampir menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun