"Secara makna kedengerannya sama aja tapi secara psikologis kata 'maling' jauh lebih berat bobot malunya."
Saya terdiam berusaha mencerna kalimat temen saya ini.
"Coba lo bayangin, kalo kata 'maling' udah dibakukan maka semua media akan menggunakan kata itu untuk berita di medianya."
Saya masih diem menunggu lanjutan omongannya.
"Bayangin pas lo baca berita 'Seorang maling diangkat jadi bupati di dalam penjara.' Pasti yang baca emosi, kan?"
"Wah iya betul," kata saya mulai menangkap arah pembicaraannya.
"Pas diinterview di TV, penyiarnya nanya 'Anda kan maling, kok berani-beraninya ikut pilkada? Menurut Anda apakah warga kota itu mau dipimpin oleh seorang maling?'"
"Hahahaha. ." saya ngakak tapi gak bisa membantah kebenaran argumen Pepeng.
"Warga kota tempat pilkada juga pasti akan menolak dipimpin oleh maling."
Saya masih manggut-manggut.
"Calon bupati lawannya juga gampang ngejatohin pesaingnya. Dia cukup berkampanye dengan ngomong gini, 'Pilih saya seorang insinyur atau pilih Si Anu yang profesinya maling?'"