Suatu hari di Youtube, saya menemukan seorang peserta dari Indonesia mengikuti acara America's Got Talent, namanya Demian Aditya. Demian adalah seorang pesulap yang cukup kondang di negeri ini. Wow hebat! Langka sekali saya ngeliat peserta Indonesia tampil di America's Got Talent.
Saya selalu suka nonton acara America's Got Talent. Acara ini buat saya lumayan unik karena yang dilombakan bukan cuma nyanyi doang tapi semua jenis bakat. Pokoknya yang mampu membuat orang terpesona dan terhibur, bisa ikut serta. Jadi di program ini segala bentuk pertunjukan seperti musik, tarian, senam, akrobat, semuanya campur aduk berlaga di panggung.
Sebaliknya, ada juga seorang peserta yang mengikuti acara ini di banyak negara. Hal ini dimungkinkan karena setiap negara bisa membeli franchise acara tersebut. Salah satu pemrakarsa acara ini adalah Simon Cowell yang merintisnya lewat Britain Got Talent yang lalu diadopsi ke penjuru negeri. Simon Cowell dikenal sebagai juri killer. Sangat sering kita mendengar celaannya yang pedas pada peserta yang dia anggap tidak pantas untuk mengikuti acara ini.
Sebagai sesama Bangsa Indonesia, tentu saja saya langsung mendoakan supaya Demian sukses dengan penampilannya. Saya menonton acara itu dengan jantung deg-degan karena takut dia gagal lalu dihina oleh Simon Cowell yang berlidah tajam. Dalam video itu, dia mempertunjukkan cara meloloskan diri dari sebuah kotak dengan kondisi kedua tangan, kaki dan lehernya dilingkari oleh sebuah borgol.
Pesulap ini hanya mempunyai waktu dua menit untuk meololoskan diri. Kalau lebih dari 2 menit? Tumpukan pasir yang berada di atasnya akan jatuh menimbun tubuh dan bukan mustahil akan mencelakakan dirinya.Â
Pertunjukkan dimulai! Demian telah berbaring di dasar kotak. Pasir pun mulai berjatuhan ke bawah yang tehalang oleh lapisan tipis. Semakin banyak pasir yang jatuh, perlahan tapi pasti akan meruntuhkan lapisan dan pasir akan menimbun tubuh Sang pesulap. Suasana terlihat tegang. Para penonton menyaksikan dengan paras cemas bahkan para juri menutup mukanya karena kuatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Tapi Demian memang sangat piawai. Cuma butuh beberapa detik, dia berhasil melepaskan borgol di tangan kirinya. Penonton bertepuk tangan dengan antusias. Tidak lama kemudian, Demian menunjukkan dari balik kaca bahwa tangan kanannya pun telah terbebas. Penonton berteriak riuh dan memberikan applause menyemangati pesulap kita ini.
Waktu berjalan terus. Kali ini, Demian terlihat agak mengalami kesulitan untuk melepaskan borgol yang melingkari lehernya. Penonton semakin tegang. Semua juri terpaku dengan rasa khawatir yang teramat sangat. Detik jam terus berjalan tanpa berminat untuk beristirahat.....
BRAAAAK!!!! Waktu dua menit sudah terlewat! Tumpukan pasir seberat 450 Kg menghantam lapisan yang berada di atas Sang Pesulap dan tanpa ampun mengubur tubuh Demian hidup-hidup. Hampir dapat dipastikan Demian mati tertimbun pasir sebanyak itu.
"Aaaaaaakh...!!" Semua penonton berteriak histeris. Simon Cowell mukanya terlihat sangat tegang. Heidi Klum dan Mel B menutup mukanya karena dilanda rasa ngeri. Bahkan Howie dengan kepanikan yang teramat sangat bangkit dari tempat duduk, berdiri dan berteriak, "Is there a problem?"
Suasana semakin mencekam! Dari balik panggung dua orang asisten berlari ke arah kotak untuk menolong Demian. Keduanya memakai seragam hitam-hitam dan mengenakan topi berwarna sama. Setelah menyelidiki situasi dalam kotak, nampaknya posisi Demian sulit ditolong lagi. Oleh karena itu, salah seorang asisten mengambil palu bergagang panjang. Dengan sigap, dia memecahkan kaca sehingga pasir berhamburan tertumpah ke luar dari kotak. Namun apa yang terjadi?
Sebagian besar pasir telah tertumpah ke lantai panggung tapi Demian tidak berada di dalam kotak kaca tersebut. Penonton dan juri tercengang. Ke mana gerangan perginya pesulap dari negeri 'Om Telolet Om' ini?
Di saat semua orang masih dilanda kebingungan, Sang Asisten yang memegang palu, membalikkan tubuhnya ke arah juri. Dia melemparkan palu panjang tersebut ke lantai. Â Dengan gerakan sangat cool orang itu melepaskan topinya lalu tersenyum ke arah juri. Siapakah dia?
Yak betul! Si Asisten yang memecahkan kaca tadi ternyata adalah Demian. Wuiiih hebat! Bagaimana cara dia menghilang lalu bersalin rupa menjadi asistennya sendiri? Sungguh sulit diterima oleh akal sehat.
Simon Cowell terpana. Dengan muka tolol, dia menunjuk-nunjuk ke arah Demian seakan dia baru saja melihat hantu. Howie pun tidak kalah tercengang. Begitu takjubnya sehingga dia tidak sempat untuk berkata-kata atau bertepuk tangan. Butuh waktu beberapa detik sebelum akhirnya gedung itu pecah dengan suara tepuk tangan dan riuh rendahnya sorak sorai penonton. Tepuk tangan semakin membahana bahkan selanjutnya penonton memberikan standing ovation sebagai rekpek pada kehebatan Demian.
Saya pun merinding melihat situasi itu. Sebuah emotional moment luar biasa yang jarang sekali saya lihat tercipta oleh seorang anak bangsa. Ya! Sebagai sesama orang Indonesia, saya bangga sekali pada Demian. Pesulap kita ini telah menghebohkan acara America's Got Talent dan membuat Simon Cowell mingkem. Juri killer yang biasanya sok tau ini mendadak melongo dengan muka dungu karena rasa kagum pada Demian. Luar biasa! Luar biasa!
Video itu saya putar ulang berkali-kali karena kekaguman saya tak habis-habisnya pada Demian. Orang Indonesia jarang sekali bisa berbicara di ajang  internasional, mereka dahaga sekali akan pujian dari masyarakat internasional. Performance Demian di acara America'S Got Talent telah menjawab kerinduan itu. Saya yakin semua orang Indonesia yang sudah melihat video ini pasti juga terkagum-kagum seperti saya.
Sehabis menonton video, saya browsing ruang komen untuk membaca komen-komen kekaguman dari orang Indonesia. Yak, ternyata banyak sekali yang memuji, bukan hanya orang Indonesia tapi pujian juga datang dari orang berbagai negeri.
Tapi sayangnya, saya juga menemukan komen nyebelin dan sama sekali tidak sehat. Komen-komen negatif tersebut bukan main banyaknya dan yang paling mengherankan datangnya justru dari orang Indonesia sendiri. Astaghfirullah!
Ada yang mengatakan,
"Ah gue yakin Demian nyogok tuh, keliatan banget sandiwaranya udah diatur."
"Itu mah pertunjukan garing. Banyak orang Indonesia yang bisa melakukan hal yang lebih hebat dari itu."
"Sulap kan cuma pura-pura doang, isterinya Demian lebay banget deh aktingnya."
" Ketauan banget boongnya. Liat aja tuh asistennya kan pake kaos tangan panjang, dia lari ke belakang kotak terus ngasih topinya ke  Demian yang udah ngumpet di sana Abis itu asistennya ngumpet dan Demian yang ke luar. Ketauan banget bedanya. Demian lengan kaosnya digulung jadi pendek. Basi, ah!"
"Ih gue gak suka sama cowok ini. Dia kok ngaku belum punya anak padahal dia kan udah punya anak dari isteri pertamanya."
Sumpah, saya sedih banget ngebaca komen-komen dari para loser itu. Kita udah ngeliat dengan mata kepala sendiri bagaimana Demian udah membuat juri dan penonton kagum. Komentar 4 juri semuanya positif dan tanpa ragu memberikan 4 'Yes'. Artinya itu sebuah pengakuan bahwa mereka respek pada penampilan pesulap kita. Lalu kenapa justru orang-orang dari negeri sendiri yang gak respek? Kenapa mereka justru mencela dan mencemooh seseorang yang sudah nyata-nyata mengharumkan nama bangsa di negeri Adi Kuasa?
Guys! Please!!! Kalo kalian memang lebih hebat dari Demian ya daftar juga dong ke acara America's Got Talent. Berhentilah mencela. Berkompetisilah dengan karya. Mencela orang lain tidak membuat kalian lebih hebat dari orang itu. Before you speak make sure what you speak is better than silence.
Tapi orang Indonesia memang suka begitu. Mereka sering menghakimi sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerti. Pernah saya bersama anak-anak sholat teraweh di masjid dekat rumah, khatibnya berkhotbah begini, "Di ajaran Islam disebutkan bahwa kita boleh membunuh para tukang sihir. Dan jangan kalian mengira bahwa tukang sihir cuma ada di jaman dulu. Sekarang pun kita bisa menemukan tukang-tukang sihir berkeliaran di TV dan pangung-panggung."
Mengetahui ke mana arah khotbah Sang Khatib, saya langsung menutup kedua telinga anak saya, Gak sudi saya membiarkan anak saya mendengar khotbah khatib keblinegr itu. Â Sementara Si Khatib dengan suara memekik terus mengoceh melanjutkan bullshitnya.
"Saya sering melihat ada tukang sihir botak, beralis tebal, berpakaian serba hitam di TV lokal. Apa yang dilakukkannya bukan lagi sulap, saudara-saudara. Apa yang dilakukannya di luar nalar. Itu sihir! Kalau kalian tidak takut pada hukum negara, bunuh tukang sihir itu! BUNUH! Dan saya jamin saudara tidak diganjar dosa bahkan mendapat pahala. Subahanallah! Allahu Akbar!"
Saya menghela napas panjang berkali-kali. Apa yang salah dengan bangsa ini? Seperti yang telah saya tuliskan di artikel sebelumnya bahwa salah satu faktor yang menghalangi kreativitas orang Indonesia adalah kurangnya respek dari bangsa kita sendiri.
Saya sungguh kasihan dan sangat bersimpati pada pesulap berparas tampan ini. Saya browsing internet untuk mengetahui tentang Demian lebih jauh lagi. Saya baca semua artikel tentang dirinya. Saya telusuri semua accountnya di sosial media. Salah satu tulisan yang membuat saya sedih adalah tulisan Demian di Instagramnya. Saya trenyuh membaca curahan hati pesulap ini. Berikut curhat Demian di IG:
@-demianaditya
"Terkadang ngerasa susah ketika gw harus mencintai bangsa yg tidak mencintai gw
. . .
Berkarya sepenuh hati,
Tapi setiap karya yg gw pertunjukan mayoritas mendapatkan teguran dari KPI (*komisi penyiaran Indonesia). Segala gerak gerik dibatasi dalam pertunjukan yang akan gw persembahkan untuk penonton di Indonesia, seakan2 tidak bisa berkutik lagi untuk gw pekerja seni sulap dalam memperkenalkan seni yg gw cintai sampe mati ini. Era jaman sekarang ini pun gw merasa penonton di Indonesia tercinta ini mayoritas tidak lagi bisa menghargai dan menikmati sulap sebagai hiburan, mereka selalu menganggap sulap itu adalah penipuan...
Tapi semua orang pergi ke bioskop dan beli tiket (*bayar) untuk nonton film yg jelas2 isi ceritanya hanyalah rekaan, animasi 3D dan tipuan cinematografi tapi mereka semua bisa terhibur tanpa komplain 'Wah boongan ini ceritanya!!'.... why??
. . .
Kalo begini terus seni sulap di Indonesia bisa hilang sejalannya waktu, apa gw harus biarkan seni ini hilang begitu saja?.... mungkin... toh gak ada yg peduli juga, so why should I care?"
. . .Â
Sekali lagi saya menghela napas panjang. Hai, Kak Demian, kami semua mencintai kamu! Kita semua harus sabar. Orang Indonesia memang harus belajar banyak tentang respek!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H