Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Orang Indonesia Harus Banyak Belajar tentang Respek

8 Juni 2017   15:55 Diperbarui: 10 Juni 2017   13:59 2351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Instagram @_demianaditya

"Sulap kan cuma pura-pura doang, isterinya Demian lebay banget deh aktingnya."

" Ketauan banget boongnya. Liat aja tuh asistennya kan pake kaos tangan panjang, dia lari ke belakang kotak terus ngasih topinya ke  Demian yang udah ngumpet di sana Abis itu asistennya ngumpet dan Demian yang ke luar. Ketauan banget bedanya. Demian lengan kaosnya digulung jadi pendek. Basi, ah!"

"Ih gue gak suka sama cowok ini. Dia kok ngaku belum punya anak padahal dia kan udah punya anak dari isteri pertamanya."

Sumpah, saya sedih banget ngebaca komen-komen dari para loser itu. Kita udah ngeliat dengan mata kepala sendiri bagaimana Demian udah membuat juri dan penonton kagum. Komentar 4 juri semuanya positif dan tanpa ragu memberikan 4 'Yes'. Artinya itu sebuah pengakuan bahwa mereka respek pada penampilan pesulap kita. Lalu kenapa justru orang-orang dari negeri sendiri yang gak respek? Kenapa mereka justru mencela dan mencemooh seseorang yang sudah nyata-nyata mengharumkan nama bangsa di negeri Adi Kuasa?

Guys! Please!!! Kalo kalian memang lebih hebat dari Demian ya daftar juga dong ke acara America's Got Talent. Berhentilah mencela. Berkompetisilah dengan karya. Mencela orang lain tidak membuat kalian lebih hebat dari orang itu. Before you speak make sure what you speak is better than silence.

Tapi orang Indonesia memang suka begitu. Mereka sering menghakimi sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerti. Pernah saya bersama anak-anak sholat teraweh di masjid dekat rumah, khatibnya berkhotbah begini, "Di ajaran Islam disebutkan bahwa kita boleh membunuh para tukang sihir. Dan jangan kalian mengira bahwa tukang sihir cuma ada di jaman dulu. Sekarang pun kita bisa menemukan tukang-tukang sihir berkeliaran di TV dan pangung-panggung."

Mengetahui ke mana arah khotbah Sang Khatib, saya langsung menutup kedua telinga anak saya, Gak sudi saya membiarkan anak saya mendengar khotbah khatib keblinegr itu.  Sementara Si Khatib dengan suara memekik terus mengoceh melanjutkan bullshitnya.

"Saya sering melihat ada tukang sihir botak, beralis tebal, berpakaian serba hitam di TV lokal. Apa yang dilakukkannya bukan lagi sulap, saudara-saudara. Apa yang dilakukannya di luar nalar. Itu sihir! Kalau kalian tidak takut pada hukum negara, bunuh tukang sihir itu! BUNUH! Dan saya jamin saudara tidak diganjar dosa bahkan mendapat pahala. Subahanallah! Allahu Akbar!"

Saya menghela napas panjang berkali-kali. Apa yang salah dengan bangsa ini? Seperti yang telah saya tuliskan di artikel sebelumnya bahwa salah satu faktor yang menghalangi kreativitas orang Indonesia adalah kurangnya respek dari bangsa kita sendiri.

Saya sungguh kasihan dan sangat bersimpati pada pesulap berparas tampan ini. Saya browsing internet untuk mengetahui tentang Demian lebih jauh lagi. Saya baca semua artikel tentang dirinya. Saya telusuri semua accountnya di sosial media. Salah satu tulisan yang membuat saya sedih adalah tulisan Demian di Instagramnya. Saya trenyuh membaca curahan hati pesulap ini. Berikut curhat Demian di IG:

@-demianaditya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun