Permainan Latto-Latto kini telah menjamur di seluruh wilayah di Indonesia. Bukan hanya dimainkan oleh anak-anak tetapi orang dewasa bahkan kecanduan. Ada dampak positif dan tentu ada juga dampak negatif dari maraknya permainan tersebut.
Namun secara umum, hukum Islam menetapkan bahwa hukum sebuah permainan adalah mubah. Artinya boleh dilakukan selama tidak ada dalil yang melarang karena timbulnya mudarat.
Permainan latto-latto sendiri sebenarnya permainan yang sudah cukup lama muncul. Bahkan permainan itu telah ada jauh di masa lampau di beberapa negara seperti Spanyol Argentina Brazil Italia dan selainnya.
Di Indonesia sendiri, Latto-Latto termasuk mainan tradisional yang sudah dikenal bahkan sebelum era digital. Kini kembali muncul ke permukaan dan menular ke mana-mana seperti virus.
Terlepas dari fenomena kembali viralnya permainan Latto-Latto, juga membawa dampak positif dalam perspektif pendidikan. Selain sebagai mainan tradisional, Latto-Latto juga membawa nilai-nilai pendidikan di tengah kehidupan anak-anak milenial.
Sebagai mainan tradisional mengandung nilai-nilai karakter sosial yang berkebalikan dengan game online yang hanya membawa nilai-nilai karakter individual. Menurut hasil penelitian Arie Ramadhani dalam jurnalnya, menyimpulkan bahwa permainan tradisional mengandung 4 nilai pendidikan karakter pada anak, yaitu
Karakter personal
Anak terlatih bersikap jujur, bertanggung jawab, semangat bekerja keras, disiplin dan sportif. Karakter ini pula membentuk kepribadian anak yang bermain Latto-Latto.
Karakter sosial
Anak terlatih untuk bekerja sama, bergotong-royong, mempunyai kepedulian sosial dan cinta damai. Hal ini terlihat ketika anak sedang bermain bersama teman-temannya. Sesekali mereka saling beradu, sesekali mereka saling mendukung, bahkan membantu temannya yang rusak Latto-Lattonya.
Karakter kebangsaan
Sikap yang terbentuk pada diri anak adalah adanya rasa demokratis, nasionalis toleran dan semisalnya. Anak yang bermain Latto-Latto secara tidak langsung membawa nilai-nilai kebangsaan dengan munculnya rasa toleransi di antara mereka. Selain itu permainan ini memiliki nama yang khas di daerah masing-masing sehingga dapat memupuk rasa kulturisasi.
Karakter keagamaan
Dalam nilai-nilai religius permainan ini mengajarkan anak untuk berakhlak yang baik dan mempunyai kearifan. Hal itu terlihat dari realita anak-anak yang bermain tidak terus-menerus sebagai pemenang, tapi kadang kalah. Dalam permainan tradisional juga anak-anak sebatas bermain tanpa harus melakukan perbuatan haram seperti perjudian.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Prof Hamdan Juhannis, Rektor UIN Alauddin Makassar dalam opininya,
Hadirnya permainan Latto-Latto dapat secara signifikan menurunkan ketergantungan anak kepada HP dan game online. Kehadiran lato-lato ini adalah momentum untuk menghadirkan permainan tradisional pada anak-anak milenial kita. Selagi anak-anak sudah berjarak dengan HP.
Referensi:
Juhannis, Hamdan. 2022. Latto-Latto Melawan Game Online (Opini wartasulselnews.com) diakses pada 6 Januari 2023 pukul 15.00 WIB.
Ramadhani, Arie. "Identifikasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Permainan Anak Tradisional." Prosiding Seminar Nasional IPTEK Olahraga (SENALOG). Vol. 1. No. 1. 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H