Secara Etimologi
Kata periwayatan sepadan dengan istilah Arab ar-riwayat yang merupakan bentuk masdar dari kata rawa, yang maknanya sama dengan kata an-naql, artinya "penukilan" atau adz-dzikr, artinya "penyebutan". Dalam bahasa Indonesia, pengertian tersebut bermakna sama dengan arti kata "sejarah" atau "cerita" sehingga arti dari kata "periwayatan" adalah "sesuatu yang diriwayatkan" atau dalam istilah Arab disebut riwayat.[1]
Secara Termologi
Menurut KBBI, kata periwayatan bermakna cara, atau proses atau suatu perbuatan meriwayatkan. Sedangkan menurut istilah ahli hadis, "periwayatan" adalah aktivitas menerima lalu menyampaikan suatu hadis disertai penyandaran hadis kepada silsilah atau rangkaian mata rantai para perawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian tertentu.[2] Di sisi lain periwayatan juga kerap disejajarkan dengan istilah tahammul wa al-ada'u, yakni kegiatan yang berkenaan dengan seluk beluk penerimaan dan periwayatan hadis.[3]
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa periwayatan hadis adalah proses penerimaan hadis oleh seorang Rawi atau periwayat yang diperoleh dari seorang gurunya. Setelah hadis tersebut dipahami maksudnya, dihafal redaksinya, dihayati kandungannya, diamalkan isinya, ditulis dalam sebuah lembaran lalu disampaikan kepada orang lain sebagai murid tanpa menghilangkan penyebutan sumber pemberitaan riwayat tersebut.[4]
---
Baca artikel sebelumnya - Pendahuluan Teknik Periwayatan Hadis.
Referensi :
1. Totok Jumantoro. Kamus Ilmu Hadis (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), hal. 211.
2. M. Ma'sum Zein. Ilmu Memahami Hadits Nabi (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013), hal. 32.
3. Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad. Studi Hadis (Depok: Rajawali Pers, 2019), hal. 70.
4. Sulaemang. "Teknik Periwayatan Hadis" Jurnal Al-'Adl IAIN Kendiri 1, no. 1 (2008), hal. 3.