Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Guru - Penulis ⦁ Mubaligh ⦁ Guru

Penulis 2 buku non fiksi remaja (Kun Al Fatih 2017 dan Falyaqul Khairan 2018) ⦁ Mubaligh (Alumni Ma'had Kutubussittah Babussalam Makassar 2016 dan Ma'had Albirr Unismuh Makassar 2021) ⦁ Guru (SMA Wihdatul Ummah Takalar)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makalah Teknik Periwayatan Hadis (Bagian 1 Pendahuluan)

4 November 2022   15:04 Diperbarui: 16 November 2022   15:30 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budiman - Makalah Teknik Periwayatan Hadis (Dokpri)

Note: Artikel ini adalah makalah hasil presentasi kami dalam perkuliahan di Pascasarjana UIN Alauddin Makassar pada hari sabtu 9 april 2022 pukul 16.00-18.00 wita. Mohon mencantumkan link atau meninggalkan komentar jika ingin menyalin tulisan ini. Terima kasih. 

---

Sahabat memiliki semangat yang tinggi dalam menerima dan menyampaikan hadis kepada orang yang belum sampai hadis kepadanya, karena itu mereka menyedikitkan riwayat dan mengingkari orang-orang yang memperbanyak riwayat, karena akan memperbanyak dugaan salah. Ini adalah bahaya besar.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Az-Zubair, dia berkata kepada bapaknya (yakni az-Zubair): Sesungguhnya saya tidak mendengarmu menyampaikan hadis dari Nabi sebagaimana orang-orang menyampaikan hadis, lalu az-Zubair menjawan: Aku tidak memisahi beliau (Rasulullah saw.), tetapi aku mendengar beliau bersabda: "Barang siapa berdusta atas namaku, maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka."[1]

Diriwayatkan Abu Hurairah dia berkata: "Sesungguhnya manusia berkata, "Abu Hurairah memperbanyak riwayat" padahal kalau tidak ada dua ayat di kitab Allah, niscaya aku tidak menyampaikan hadis," lalu beliau membaca ayat yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa penjelasan dan petunjuk hingga akhir ayat surah Al Baqarah 159-160." Sesungguhnya saudara-saudara kita dari golongan Muhajirin sibuk berdagang di pasar. Sementara saudara-saudara kita dari golongan Anshar sibuk dengan pekerjaannya mengurusi harta mereka. Sedangkan Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah dalam keadaan perut lapar , ia hadir saat mereka tidak hadir dan menghafalkan apa yang mereka tidak hafalkan.[2]

Sesungguhnya orang-orang tersebut sungguh mengingkari Abu Hurairah. Karena dia menemani Nabi kurang lebih 3 tahun, Dia masuk Islam pada perang Khaibar dan meriwayatkan dari Nabi, tidak sama dengan sahabat yang lain sebagaimana Assabiqunal Awwalun.

Ibnu Qutaibah berkata dalam menjawab tentang cacatnya susunan sanad Abu Hurairah dengan diingkarinya dirinya oleh sebagian sahabat, Umar adalah orang yang sangat mengingkari orang-orang yang memperbanyak riwayat atau mendatangkan kabar mengenai hukum tanpa ada seorang saksi. Beliau menyuruh untuk menyedikitkan riwayat. Hal ini dimaksudkan agar orang-orang tidak terlalu luas dalam riwayat yang nantinya akan menyebabkan adanya tipu daya dan kebohongan, dari orang munafik, ahli maksiat dan orang Badui.  

Ali berkata: Saya mendengar dari Rasulullah suatu hadis yang Allah akan memberi manfaat dengan apa yang Dia kehendaki dan ketika ada orang yang ingin menyampaikan hadis kepadaku, maka aku akan menyumpahnya dulu dan bila ia bersumpah, aku membenarkannya dan sesungguhnya Abu Bakar memberiku hadis dan beliau adalah orang yang benar. AI-Hafiz Az-Zahabi berkata: "Abu Bakar adalah orang pertama yang menguasai tentang penerimaan hadis."

Ibnu Syihab meriwayatkan dari Qabishah, bahwa neneknya pernah datang kepada Abu Bakar ingin menanyakan tentang warisan. Lalu, Abu Bakar berkata: "Aku tidak menemukan kitab Allah sesuatu apapun dan aku tidak tahu Rasulullah menyebutkan untukmu sesuatu," kemudian beliau bertanya kepada orang-orang. Mughirah berdiri dan berkata : Rasulullah memberikan untuknya 1/6, lalu Abu Bakar bertanya, "Apakah kamu memiliki saksi?" Kemudian Muhammad bin Muslamah menyaksikan menjadi saksi atas hadis itu dan Abu Bakar menyampaikan kepada nenek itu.

Dari Murasila Ibnu Abi Malikah, bahwa Abu Bakar mengumpulkan orang-orang setelah Nabi wafat, beliau berkata: "Sesungguhnya kalian telah bercerita tentang Rasulullah dengan hadis-hadis yang berbeda, dan manusia setelah kalian lebih berbeda lagi, maka janganlah kalian membicarakan hadis dari Rasulullah satupun jika ada yang bertanya pada kalian. Ucapkanlah: Di antara kita dan kalian ada kitabullah, maka halalkan yang halal dan haramkanlah yang haram."

Hal ini menunjukkan bahwa maksud Abu Bakar adalah penetapan dalam kabar dan pemeriksaannya. Bukannya menutup pintu riwayat. Sebagaimana kasus nenek tadi. Beliau tidak menemukan dalam kitab, dan bagaimana cara beliau bertanya tentang sunnah. Ketika ada kabar, dan orang tsiqah tidak langsung ia pakai sampai orang tsiqah lain yang mendukung. Beliau tidak berkata: Cukuplah Allah bagi kami. Sebagaimana yang telah diucapkan oleh kaum khawarij.

Al-Hafiz Adz-Dzahaby berkata dalam terjamah Amirul mukminin Umar bin Khattab. Jarir meriwayatkan dari Nadhroh dari Abi Said, bahwa Abu Musa mengucapkan salam kepada Umar dari belakang pintu 3 kali. Dan Umar tidak mengijinkannya masuk dan Abu Musa pulang. Lalu Umar menyuruh utusan untuk mengikuti Abu Musa, dan berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: ketika salah seorang di antara kalian mengucapkan salam dan tidak dijawab, maka sebaiknya dia pulang." Dan Umar dengan kekhawatirannya terhadap kesalahan orang yang membawa hadis. Beliau memerintah mereka untuk menyedikitkan riwayat Di antara mereka supaya kesibukan mereka menjaga hadis tidak mengalahkan kesibukan memelihara Al-Qur'an.

Syu'bah dan lain-lainnya meriwayatkan dari Banan dari Asy-Sya'bi dari Qorithoh bin ka'ab, dia berkata: Ketika kita pergi bersama Umar ke Irak dia berkata: "Apakah kalian tahu untuk apa kalian diajak pergi?" Mereka menjawab: "tahu, yaitu sebuah penghormatan kepada kami." Umar berkata: "Selain itu, kalian akan mendatangi penduduk desa." Mereka mempunyai obat dengan Al- Qur'an sebagai mana berobat dengan lebah, maka janganlah kalian menjauhkan mereka dengan beberapa hadis, yang mana itu akan menyibukkan mereka. Prioritaskan Al-Qur'an dan sedikitkan riwayat dari Rasulullah, maka saya adalah teman kalian. Ketika sampai ke Quraidhoh, mereka berkata: "Berikan kami hadis atau cerita." Sahabat berkata: "Umar telah melarang kami."

Dari Mawardi meriwayatkan dari Muhammad bin Amr dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah. Dan aku bertanya, "Apakah kamu menceritakan sebuah hadis pada masa Umar dengan seperti ini?" Ia berkata: "Seandainya aku menceritakan sebuah hadis pada masa umar sebagaimana aku menceritakan kepada kalian, niscaya ia akan memukulku dengan pedang yang lebar.[3]

Imam muslim di dalam shahihnya menyatakan: dari Thawus yang berkata: telah datang seseorang (yakni Busyair bin Ka'b) ini kepada Ibnu Abbas ingin menceritakan hadis, maka ibnu Abbas berkata kepadanya: "Ulangi hadis ini dan ini!" Lalu ia mengulangi dan kembali menceritakan hadis lagi, maka ibnu Abbas berkata kepadanya: "Ulangi hadis ini dan ini!" Maka ia kembali mengulangi lagi kepada ibnu Abbas, seraya berkata kepadanya: "Aku tidak tahu apakah kamu sudah tahu semua hadisku lalu kamu mengingkarinya pada yang ini, ataukah kamu mengingkari semua hadisku dan hanya mengetahui yang ini?!" Maka Ibnu Abbas berkata: "Sesungguhnya kami menceritakan hadis dari Rasulullah saw. apabila Rasulullah saw. tidak didustakan, maka tatkala manusia diliputi kefanatikan dan melakukan kehinaan, maka kami meninggalkan hadisnya.[4]

Dengan demikian, periwayatan hadis adalah ilmu yang patut dipelajari dan dikaji lebih mendalam terutama para pencari ilmu syar'i. Hadis bukanlah sesuatu yang mudah untuk diucapkan apalagi disandarkan kepada Rasulullah saw. Seseorang yang hendak menyampaikannya supaya memiliki ilmu hadis sehingga menjadikannya lebih berhati-hati. Mengingat ancaman yang akan didapatkan begitu berat. Wallahu a'lam.

Baca artikel lanjutan mengenai teknik periwayatan hadis di bawah ini:

Bagian 2 - Definisi Periwayatan Hadis

Bagian 3 - Bentuk-bentuk Periwayatan

Bagian 4 - Syarat Periwayatan Hadis

Bagian 5 - 8 Metode Periwayatan Hadis Beserta Contohnya

Referensi:

1. Muhammad bin Ismail. Shahih Al Bukhari  Vol. 1 no. 107 (Kairo: Dar Thauq An Najah, 1422 H), hal. 33. 

2. Muhammad bin Ismail. Shahih Al Bukhari  Vol. 1 no. 118, hal. 35. 

3. Nur Hadi dan Sulasih. Ilmu Hadis (Semarang: Penerbit Mutiara Aksara, 2019), hal. 11-13.

4. Muslim bin Hajjaj. Muqaddimah Shahih Muslim Vol. 1 no. 7 (Beirut: Dar Ihya at Turats, tanpa tahun), hal. 12.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun