Mohon tunggu...
BUDI MADJMOE1
BUDI MADJMOE1 Mohon Tunggu... Foto/Videografer - LAND AND ENGINEERING SURVEYOR

Seorang yang melintasi berbagai disiplin ilmu

Selanjutnya

Tutup

Money

Out Tolerance dalam Proyek Infrastruktur Bisa Disiasati dengan Standar Manajemen Surveying (Bagian 1)

22 Oktober 2019   01:15 Diperbarui: 22 Oktober 2019   01:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunci keberhasilan sebuah bangsa maju, salah satunya terlihat dari maraknya infrastruktur, yang mendukung dan menopang pergerakan dan pertumbuhan ekonomi, secara cepat, yang berimbas pada peningkatan pendapatan keluarga maupun penduduk secara perseorangan (buat yang jomblo).

Pembangunanan infrastruktur dari hari ke hari menuntut, sesuatu yang bukan sekedar rutinitas, harus cepat dan tepat, secara kualitas maupun kuantitas, dengan terus berinovasi tanpa harus menggunakan proses yang memakan waktu. Karena keberhasilan sebuah proyek tidak terlepas dari pengendalian waktu, biaya dan mutu. Komponen-komponen ini yang sangat mendukung, sudah barang tentu yang paling utama adalah keunggulan manusianya.

Bicara proyek infrastruktur, banyak hal yang bisa mempengaruhi dan berdaya guna sesuai peruntukan dari sesuatu yang dibuat secara komunal. Sistem manajerial proyek dengan sendirinya akan membagi tugas dan tim sesuai dengan fungsi-fungsi Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya dan Pertahanan serta Keamanan.

Didalam sebuah proyek, ada tim khusus yang mengawal bagian kecil namun sangat vital, yaitu tim.yang konsen pada perwujudan benda dari sisi dimensi, merekalah yang bertanggungjawab dari sisi dimensi baik, vertikal maupun horizontal.

Menentukan posisi, dengan alat secanggih apapun tidak akan terasa manfaatnya apabila "sang surveyor", tidak dibekali dengan sistem pengukuran yang akan diterapkan dari awal sampai akhir proyek, sebaliknya malah akan merugikan proyek apabila terjadi out tolerance, atau sederhananya kesalahan penentuan posisi sehingga struktur yang sudah jadi akan dibongkar.

Kalau para pendahulu dunia surveying di Indonesia, mengatakan kesalahan Pengukuran disebabkan manusia, alam dan alat ukur, maka satu hal dari sisi manusia perlunya penerapan dan kontrol pengukuran dengan menggunakan sistem kontrol yaitu STANDAR MANAJEMEN SURVEYING.

STANDAR MANAJEMEN SURVEYING (SMS), sendiri merupakan tulisan saya lewat Blog KOMPASIANA, sekitar bulan September 2011, yang merupakan rangkuman dan analisa selama saya menjadi kuli proyek, ada beberapa orang termasuk Dialah Hokosuza dari ANTAM yang pernah mendiskusikan SMS untuk aplikasikan di pertambangan, bahkan ada juga sebuah BUMN Kontruksi, yang menjiplak habis tulisan saya untuk kepentingan Pelatihan Insan Surveying di tingkat Pusat, ketika saya menggarap Tol Gate Ciledug Cirebon tahun 2012.

Sebagai seorang kuli proyek tentunya sering merasakan kejadian-kejadian karena efek  dari out tolerance, yang kadang berdampak pada pembongkaran pada sebuah struktur yang sudah jadi, hal ini berimbas pada kerugian kontraktor dari sisi waktu, biaya dan terlebih terhadap nilai kepuasan pelanggan, apalagi kejadiannya di areal publik yang semua mata bisa melihat. 

Pada tren dunia kontruksi saat ini, untuk menghemat waktu, karena variabel ini sangat berdampak pada biaya, maka bagian sebuah struktur kontruksi, akan dibuatkan ditempat lain, kemudian dipasangkan dengan item kontruksi dilokasi, yang sebetulnya teknologi ini sudah dipakai oleh nenek moyang kita, dengan istilah pracetak. Penerapan teknologi pracetak akan memperceoat pelaksanaan kontruksi, apabila sisi dimensional sangat terkontrol namun sebaliknya akan menjadi masalah jika dimensi antara kontruksi ditempat dan precast, sama-sama tidak terjaga, atau salah satunya.

Terjadinya Out Tolerance, pada sebuah proyek  terjadi karena ketidakonsistenan, Tim Surveying, dalam mengunakan referensi dari awal proyek sampai proyek berjalan bahkan sampai proyek selesai, kesalahan ini mencerminkan buruknya tata kelola sistem surveying itu sendiri, baik dari pelaksanaan pengukuran, metode,  maupun penanganan personilnya, jadi lebih pada faktor subtansi manusianya, oleh karena itu, Tim Surveying perlu dibekali dengan sistem pengelolaan  dengan menggunakan  STANDAR MANAJEMEN SURVEYING (SMS).

Untuk memudahkan aplikasi  SMS dalam sebuah proyek, kita akan membuat sebuah percontohan Proyek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun