Aku berlari dari utara pulau seribu sungai karena tertipu digdaya omong kosong manusia tanpa catatan yang mengandalkan pergaulan diikuti kedi-kedi seksi dengan penuh harap menemani bos-bos pemberi rijki, padahal darah mu dari tetes terakhir sedang diperdaya, sabtu pagi kau pukul bola putih penuh jerawat bekas, lalu kau cari diantara semak penuh harapan bisa berlari diatas buih ombak yang mengganas, tak lebih cerminan mulutmu yang berbusa berwarna warna cenderung hitam pekat, kau lah si joel dengan sekretaris merangkap kasir sebagai hrd pula, dan terbangkan aku dengan pinjaman sama kawanku yang duduk bersebrangan di pesawat ke utara pulau itu.
Sampai dipulau itu 12 agustus 2023 aku menginap dan esoknya 3 jam speedboat mengantarku pada lorong sungai memanjang, kau suruh penuh daya tipu-tipu, katanya abcd ternyata trenggiling berbulu marmut. Hingga pada masanya mulutmu buayamu, aku sang kodok meloncat dengan gagahnya.
11 September 2023, empat mata memandang tak percaya.."170 ribu bos, bukan 80 ribu.." rupanya kau tak percaya.
Ada harga, ada rupa, pepatah sederhana, dipasar pasar musiman, namun kebangganmu terlewat batas, siapa suruh wolungpuluhewo, dan kau kirim tuyul-tuyul dengan mu duduk manis dibalik meja besarmu...
"Hey... kau sudah beta kasih mangan-madang toh.... setor setor setor..."
Tak ada gading yang tak retak, kecuali gadingnya lepas dan tak terlihat sama yang punya. Jangan kau sok tahu tentang segalanya, hingga tuyul-tuyul memerah dengan ketidakberdayaan, jangan kau buat lapis legit dan berharap untung dari tuyul tuyul mu, dan kau tidak tahu bahannya, memasaknya, dan mengolahnya, aku pakai topeng ketika berwudhu.
Sudah kalau begitu, aku tidak sanggup mengadapi bangkar warah yang tidak mau melihat sambil menikmati debu-debu campur karet bulat, aku tidak sanggup begitu rupa...
Bay.. bay... babay....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H