Supirpun mengangguk.
Mulailah siasat dijalankan, biasanya supir diam saja, menyusuri jalan tol bandara. Sampai disini belum ada kelakuan istimewa yang dibuatnya, paling hanya menagih biaya tol supaya kita yang bayar.
Biasanya dengan ikhlas kita membayarnya.
Nah, begitu masuk ke kota Jakarta, biasanya penumpang mulai terkagum-kagum, dan mulai bertelefon ria dengan keluarga di daerah, atau temen-teman di Jakarta.
Artinya, ini dipandang supir taksi sebagai sebuah kelengahan.
Mulailah aksinya dijalankan.
Dia keluar pintu tol yang tak seharusnya, apa nyana ? Terjebaklah taksi dalam kemacetan. Jelas, ini akan memutar argo lebih lama dan bayaran akan semakin tinggi
Penumpangpun gusar, sudah lebih dari satu setengah jam nggak nyampe-nyampe, padahal menurut temannya, kalau sudah mulai malam lalu lintas di tol arah kota tidak pernah sampai mampet macetnya, kecuali hujan atau ada kejadian tabrakan.
“Ahhh, lama sekali pak nyampenya ?”
“Memang begini pak, kalo sudah malam”
“Nggak bisa dicari jalan yang lebih singkat?”, penumpang sudah stress karena argo sudah menunjukkan angka lebih seratus ribu ribu rupiah.