Mohon tunggu...
Arief Budiman
Arief Budiman Mohon Tunggu... -

Berusaha keras selalu menyajikan tulisan bermakna, berguna dan menghibur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cita-cita Aneh Seorang Anak

14 Desember 2009   17:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:56 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah ini saya dapat sewaktu sholat Jumat, minggu lalu. Sholat disebuah mesjid kompleks perkatoran di kawasan Sudirman, Jakarta. Karena ukuran masjidnya terlalu kecil, maka jemaah "meluber" sampai ke halaman parkir.

Biasalah, ada orang yang tekun mendengarkan "khatib" berkhutbah, ada juga yang kelihatan seolah-olah menyimak, sambil menutup mata, kepala tertunduk - seakan tafakkur, tapi tertunduknya kepala koq hampir mengenai lututnya sendiri ? What's mean ? Tak lain orang tersebut tertidur pules.

Namun, bukan ini yang mau saya ceritakan. Tapi esensi dari khutbah Jumat tersebut, yang sungguh sangat mengagetkan saya dan mungkin beberapa jemaah lain, ceramahnya tak panjang, tapi benar-benar saya terhenyak dan sekaligus saya fikir-fikir sangat relevan dengan situasi sekarang ini.

Singkatnya, isi khutbah sang khatib seperti ini :

"Dalam kunjungan saya kebeberapa sekolah dasar, kira-kira dua minggu lalu..biasalah, saya suka nanya-nanya ke anak-anak, sekaligus member mereka nasehat-nasehat agama buat diterapkan di rumah atau di lingkungan sehari-hari", demikian khatib memulai.

"Nah, pada satu kelas, kalau tidak salah, kelas 5 SD. Ada empat orang anak lelaki saya panggil ke depan, menanyakan apa cita-cita mereka"

"Sebutlah namanya si Amir, saya tanya kalau sudah besar mau jadi apa?"

"Mau jadi dokter", jawabnya.

"Kemudian, saya bertanya pada, sebutlah namanya Badu, kamu cita-citanya kalau sudah besar mau jadi apa ?"

"Mau jadi pilot", tegasnya.

"Saya lanjut ke Hendy, saya tanyakan ke dia, kalo kamu mau jadi apa ?"

"Mau jadi tentara!", katanya.

"Nah, tinggal satu orang lagi, sebutlah namanya Steven, sama seperti yang lain, saya Tanya dia mau jadi apa, kalau sudah besar?"

"Dia menjawab tegas, dan seketika kepala saya seperti pusing akut memikirkan jawabannya, benar-benar jawaban yang nggak masuk di akal, tapi saya tahu itu jawaban polos dan nggak dibuat-buat. Tahu apa yang dijawab Steven ?"

"Dia bilang, kalau sudah besar dia pengen jadi banci!"

Masya Allah. Sudah segitu parahnya kah pengaruh media, terutama televisi ke anak bau kencur seperti Steven ? Sehingga jawabannya betul-betul membuat mata terbelalak ?

Nah, khatib melanjutkan, ‘Kenapa Steven ? Kamu pengen jadi banci?"

"Jawabnya sangat gamblang. Kalau jadi banci itu pak ustadz, aku bisa terkenal, banyak temen, banyak uang, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Pokoknya aku pasti kaya"

Demikianlah pengaruh perilaku manusia di akhir zaman ini. Perbuatan yang semakin aneh-aneh, menyepelekan dosa dan banyak lagi. Baginya dunia adalah segala-galanya.

Semakin banyaknya artis atau orang yang nota bene dikenal public, meng-announce dirinya sebagai banci. Bukan banci kaleng, yang berpakaian layaknya wanita, tapi perilaku yang ke wanita-wanitaan.

Tampilan fisiknya, atletis, kulit putih bersih, sangat terawat, klimis, up to date dandanannya, wangi parfum mahal, pokoknya setiap wanita pasti tertipu lah apabila sudah mulai ngobrol atau bercanda dengan temannya.

Dia akan terlihat seperti ini, tertawa renyah, gerakan tangan liar, mata lirak lirik nakal, saling meledek, banyak lagi. Kesimpulannya satu, sosok lelaki yang "gagah gemulai".

Apakah kita mau, nantinya anak kita tumbuh melawan kodratnya ? Berkembang menentang pribadinya ?

Jawabannya tentu tidak.

Dan jawaban yang satunya, aku jaga anak lelakiku agar menjadi lelaki sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun