Mohon tunggu...
Arief Budiman
Arief Budiman Mohon Tunggu... -

Berusaha keras selalu menyajikan tulisan bermakna, berguna dan menghibur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nikmatnya "Buang Angin"

11 Desember 2009   00:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengaku “buang angin” bukanlah hal buruk, karena “masuk angin” nggak pernah kita perkirakan datangnya. Pola hidup yang baik dan teratur sangat berpengaruh pada akibat masuk angina tau tidaknya kita.

Sebaliknya, buang angin “bersuara tapi tak bertenaga” biasanya karena dorongan angin didalam tubuh yang dikeluarkan juga lewat jalan belakang, namun karena dorongan anginnya besar, maka “otot sphincter” yang ada di ujung anus membuka dengan paksa, dan “menggelegar dan bergetarlah” ruangan yang sebelumnya senyap.

Kalau kita buang angin untuk kategori ini pada saat kita berada ditengah kelompok, janganlah mencoba untuk menghindar dari tuduhan teman, tak akan bisa. Sebab dua indera manusia akan cepat mendeteksi ini, telinga untuk suara dan mata orang yang mencari dengan cepat arah datangnya suara.

Menurut ilmu kedokteran, buang angin bersuara ini tidak mengeluarkan bau, karena yang dikeluarkannya adalah oksigen, nitrogen atau karbondioksida, artinya adalah zat organic yang jenisnya sama dengan udara yang kita hirup juga. Angin masuk = Angin keluar.

Analogi layaknya rakyat yang bersuara lantang, menggema keseluruh negeri, tapi suara itu hanya ditanggapi aneh karena yang ada cuma besarnya, tapi tak ada baunya. Menggambarkan rakyat yang polos, seperti angin masuk sama dengan angin keluar, atau udara masuk idem ditto dengan udara keluar.

Terkadang kejujuran dan kepolosan rakyat itu terlihat murah, karena hanya kuantitas saja, tapi tak dianggap. Hanya yang satu persen “berbau” itu aromanya menyebar kemana-mana, jumlahnya kecil tapi pengaruhnya besar.

Begitulah nikmatnya “buang angin” bagi orang-orang terpilih di negeri ini, pelan, lembut tapi baunya menyengat.

Setelah anginnya keluar, ditambah bonus “sendawa”…tanda kenikmatan dan kepuasan. Tanda bahwa tubuh masih sehat, dan perjalanan hidup masih bisa diisi dengan sejuta makna kebaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun