Ah, sudahlah soal moral. Saya lanjutkan cerita ini.
Mereka, suami-istri itu, tak punya anak. Selama 15 tahun menikah, mereka mendambakan punya anak. Tidak tanggung-tanggung, si suami ingin punya 14 anak. Si istri cemberut: "Memang aku kelinci."
Canda seperti itu sering mereka lakukan. Mereka bercanda untuk membunuh kesedihan. Sudah 15 tahun menikah, ternyata, tetap belum dianugerahi seorang anak.
Mula-mula mereka sedih memikirkan itu. Bahkan, si suami pernah menggerutu: "Mungkin karena kita miskin, jadi Tuhan berpikir kita tak mampu menghidupi seorang anak pun."
"Husss!" istrinya menyergah. "Kualat loh."
Karena itulah, mereka kemudian selalu bercanda soal 14 anak itu. Sering mereka membayangkan ke-14 anak itu berlari-lari di dalam rumah. Tapi, ketika salah seorang anak terjatuh setelah membentur dinding (karena rumah mereka sangat sempit), bayangan itu pun buyar.
*
SUATU hari si suami masuk ke dalam rumah, lalu duduk di balai-balai sambil mendesah. Setelah membuka kaos oblongnya yang kehilangan warna, si suami bergumam: "Hari ini aku sial!"
"Astagfirulloh. Istigfar, Mas?" kata istrinya dari dapur sambil menuang air putih ke gelas. "Sial kenapa, Mas?"
"Belum ada rezeki satu pun, tiba-tiba ban sepeda kempes."
"Masya Allah, Mas. Kenapa nggak ditambal saja?"