Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menengok Buntok, Bukan Lagi Kota Buntu dan Mentok

29 Maret 2013   17:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:01 10211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 14.30 Saya mulai meninggalkan Buntok dan kembali menyusuri Trans Kalimantan menuju Palangkaraya. Rute Buntok-Palangkaraya berjarak 199 km melewati tiga kabupaten, yaitu Barito Selatan, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Pulang Pisau. Keberadaan Trans Kalimantan seolah menjadi pengejawantahan secara bersama dari tiga moto kabupaten di Kalimantan Tengah tersebut yaitu Handep Hapakat (Persatuan dan Kesatuan Semua Komponen Masyarakat); Tingang Menteng Panunjung Tarung (Berjuang untuk mengangkat Harkat dan Martabat); serta Dahani Dahanai Tuntung Tulus. Perbatasan antara Kabupaten Barito Selatan pun ditandai dengan Tugu Perbatasan yang terlihat di sebelah kiri jalan.

[caption id="attachment_235349" align="alignnone" width="600" caption="Tugu Perbatasan Kabupaten Barito Selatan-Kabupaten Kapuas (dokumentasi bhermana)"]

13645784061796958767
13645784061796958767
[/caption]

Obyek menarik lainnya adalah Jembatan Kalahien. Jembatan Kalahien 620 meter diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Tengah pada tanggal 25 Nopember 2010. Jembatan dibangun sejak tahun 1998 dengan panjang 620 meter dan lebar 7 meter. Pada tahun 2012 jembatan tersebut pernah ditabrak kapal tongkang yang mengangkut batubara yang beratnya lebih dari 6 ton.

[caption id="attachment_235352" align="alignnone" width="598" caption="Jembatan Kalahien (dokumentasi bhermana)"]

13645785602108294256
13645785602108294256
[/caption]

Salah ciri khas Trans Kalimantan adalah banyaknya jembatan yang melintas di atas Sungai Barito, Kahayan, anak-anak sungai, bahkan hanya untuk sekedar menghindari rawa-rawa yang memang sering mengapit kedua sisi Trans Kalimantan. Tak heran jika musim hujan atau rawa sedang pasang, perjalanan sering tersendat karena badan jalan kebanjiran. Waktu tempuh pun bisa molor yang normalnya 4 jam bisa menjadi 6-7 jam. Saya beruntung bisa melewatinya dalam waktu sekitar 5 jam saja. Jembatan yang membentang di sungai kahayan menyambut kembali kedatangan saya di Palangkaraya.

[caption id="attachment_235357" align="alignnone" width="596" caption="Trans Kalimantan berlumpur (dokumentansi bhermana)"]

1364578689757161972
1364578689757161972
[/caption]

Sebelum jam 7 malam saya sudah tiba di Palangkaraya, langsung bergabung dengan 4 teman lainnya yang bertugas di CU Betangasi. Penatnya perjalanan ke Buntok tergantikan dengan nikmatnya makan malam. Lagi-lagi menunya adalah ikan bakar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun