Mohon tunggu...
Budi Hermana
Budi Hermana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Keluarga/Kampus/Ekonomi ... kadang sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jakarta Lebih Menawan Ketimbang Pertanian Indonesia

19 Mei 2012   13:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantesan rumah dan apartemen tumbuh subur di Jakarta. Mobil dan motor makin menjejali ibukota. Padahal di luar Jakarta, sering terdengar berita tentang konversi lahan pertanian jadi perumahan dan industri. Penyusutan area hutan mungkin sudah menjadi berita basi. Produktifitas lahan pertanian pun menurun.

Apakah perbankan nasional punya andil terhadap kondisi tersebut?

[caption id="attachment_165745" align="aligncenter" width="580" caption="49,14% kredit bank umum mengguyur ibukota (doc pribadi)"][/caption]

Geliat perbankan terbaru bisa dilihat dari Statistik Perbankan Indonesia edisi Maret 2012 yang baru dirilis BI tanggal 15 Mei 2012. Saya lebih tertarik dengan dominasi Jakarta dalam sirkulasi dana perbankan, baik mobilisasi dana masyarakat, maupun alokasi kredit. Isu ini lebih menarik dibanding gejala penurunan suku bunga simpanan dan kredit. Makin menggelembungnya aset perbankan nasional pun tidak membuat pikiran bertanya-tanya. Saat ini bank umum memang bak gudang uang raksasa yang menimbun kekayaan sebanyak Rp 3708,7 Triliun, lalu menebarkan kembali sebagian aset tersebut, lalu memetik laba bersih Rp 21,6 Triliun.

Dana masyarakat- atau lebih populer disebut DPK (Dana Pihak Ketiga) yang berhasil disedot bank umum mencapai Rp 2826 Triliun. Lokasi penghimpunan DPK tersebut terkonsentrasi di Jakarta, yaitu sebanyak 49,91%, disusul Jawa Timur (9,04%), Jawa Barat (7,97%), Jawa Tengah (4,58%), dan Sumatera Utara (4,55%). Provinsi di luar Jawa jauh tertinggal, misalnya Kalimantan Timur (2,59%), Sumatera Selatan (1,89%), Riau (1.72%), Sulawesi Selatan (1,64%), dan Bali 1,66%.

Berapa dan ke sektor mana saja bank menyalurkan kreditnya?

Di sinilah saya mulai bertanya-tanya, walau cukup hanya bisa merenung saja. Total kredit per Maret 2012 mencapai Rp 2266,2 Triliun. Kita lihat dulu alokasi kredit secara nasional per sektornya, dengan urutan lima besarnya sebagai berikut:

  1. Perdagangan besar dan eceran Rp 381,4 Triliun
  2. Industri Pengolahan Rp 359,0 Triliun
  3. Real Estate, Penyewaan, dan Jasa Rp 122,9 Triliun
  4. Perantara Keuangan Rp 116,3 Triliun
  5. Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan Rp 115,1 Triliun

Itu alokasi kredit untuk mendukung lapangan usaha, atau sebut saja sebagai sektor produktif yang bisa saja menyediakan lapangan pekerjaan bagi para pengangguran. Namun, bank tetap mengalokasikan kredit juga ke bukan lapangan usaha, atau katakanlah sebagai sektor konsumtif. Ternyata dua peruntukan kredit  terbesar adalah perumahan sebesar Rp 189,8 Triliun dan kendaraan Rp 102,8 Triliun.

Dari angka alokasi kredit tersebut dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian bukanlah sektor yang menarik bagi perbankan nasional. Bahkan total kreditnya kalah jauh dari kredit perumahan, atau hanya beda tipis dengan kredit kendaraan.

Lalu, seberapa banyak rumah tangga di Jakarta menyedot kredit dari bank umum?

[caption id="attachment_165743" align="aligncenter" width="594" caption="Kredit Rp 164,9 Triliun memasok kebutuhan rumah tangga di Jakarta (doc pribadi) "]

1331489567321500362
1331489567321500362
[/caption]

Jumlah kredit yang mengguyur ibukota sebanyak Rp 1113,6 Triliun atau 49,14% dari total kredit secara nasional. Kredit tersebut  terdiri dari Rp 874,4 Triliun untuk lapangan usaha dan Rp 239,2 Triliun untuk bukan lapangan usaha. Bahkan, kredit untuk rumah tangga di Jakarta saja mencapai Rp 164,9 Triliun (di luar bukan lapangan usaha lainnya), atau masih lebih besar dari total kredit ke sektor pertanian secara nasional. Berikut rincian peruntukan kredit bagi rumah tangga di Jakarta:

  1. Kredit Pemilikan Rumah Tinggal Rp 58,4 Triliun
  2. Kredit Pemilikan Flat atau Apartemen Rp 4,0 Triliun
  3. Kredit Pemilikan Ruko atau Rukan Rp 6,5 Triliun
  4. Kredit Pemilikan Kendaraan Bermotor Rp 66,1 Triliun
  5. Kredit Pemilikan Peralatan Rumah Tangga Lainnya Rp 29,9 Triliun

Masuk di akal jika rumah, flat, apartemen, ruko, rukan, kendaraan bermotor, dan peralatan rumah tangga bejibun di ibukota. Jakarta memang luar biasa. Namun, masihkah kita patut berharap sektor pertanian maju? ----

Catatan:

Jika teman-teman tertarik dengan mulai menurunnya tingkat suku bunga simpanan dan kredit di bank umum, masih tingginya bunga kredit BPR, Jawa Tengah sebagai basis BPR, atau aset bank syariah yang terus tumbuh, silakan cermati Statistik Perbankan Indonesia edisi Maret 2012 yang baru dirilis di website BI di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun